Lebak (ANTARA News) - Sejumlah warga miskin di Kabupaten Lebak, Banten, mengeluhkan naiknya harga beras saat ini akibat hujan yang melanda beberapa hari terakhir.

"Selama dua hari ini kami beli beras di warung eceran Rp5.000/liter," kata Ningrum (45) warga miskin Kampung Ciunut, Desa Pasir tanjung, Kecamatan rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa.

Dia mengatakan, akibat kenaikan itu pihaknya saat ini hanya mampu beli beras sebanyak 1,5 liter per hari dengan harga Rp7.500 di tingkat pengecer.

Padahal, sebelumnya bisa terbeli beras sebanyak 2,5 liter per hari.

Kebutuhan beras sebanyak itu untuk lima orang dan cukup makan satu kali dalam seharian.

"Kami makan cukup sore hari saja," katanya.

Menurut dia, kenaikan beras ini tentu terasa memukul karena penghasilan suaminya yang bekerja serabutan sehingga jika ada yang menyuruh baru punya uang untuk beli beras.

"Kalau tidak ada pekerjaan kami mengutang dulu ke warung tetangga," katanya.

Begitu pula Titin (40) janda miskin warga Kecamatan Cibadak, mengaku pihaknya bingung dengan kenaikan harga beras sehingga dirinya terpaksa mengurangi pembelian.

"Biasanya, kami mampu membeli beras sehari dua liter kini menjadi satu liter," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah dapat menstabilkan kembali harga beras itu sehingga warga miskin mampu membeli beras.

Sementara itu, Julfikar, seorang pedagang beras di Pasar Rangkasbitung, mengaku saat ini harga beras terus mengalami kenaikan karena pasokan beras tersendat akibat musim hujan yang menyebabkan petani tidak bisa menjemur padi.

Bahkan, sejumlah penggilingan padi tidak beroperasi karena musim hujan sehingga gabah sulit kering.

Dia menambahkan, kenaikan beras itu terjadi semua jenis seperti beras medium ukuran kelas I semula Rp5.200 /kg menjadi Rp5.700/kg, beras medium kelas II dari Rp5.000 per kg naik menjadi Rp5.500 per kg, dan beras medium kelas III yang banyak dikonsumsi warga kelas ekonomi bawah semula Rp4.800/ kg naik menjadi Rp5.300/ kg.

"Sejak terjadi kenaikan harga beras omset pendapatan menurun juga," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009