Untuk mendapatkan tanda yang jelas, pasar membutuhkan bukti bahwa wabah tersebut berada di bawah kendali
New York (ANTARA) - Wall Street bervariasi pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan S&P 500 jatuh untuk hari ketujuh berturut-turut dan indeks acuan mengalami penurunan mingguan terbesar sejak krisis keuangan global 2008.

Pasar saham tertekan oleh kekhawatiran yang berkembang bahwa virus corona yang menyebar cepat dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi, meskipun beberapa saham mendapatkan kembali kekuatan pada akhir sesi yang bergejolak.

Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 357,28 poin atau 1,39 persen, menjadi berakhir di 25.409,36 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 24,54 poin atau 0,82 persen, menjadi ditutup di 2.954,22 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir naik tipis 0,89 poin atau 0,01 persen, menjadi 8.567,37 poin.

Indeks Dow dan Nasdaq juga mencatat penurunan persentase mingguan terdalam mereka sejak Oktober 2008.

Dari 11 sektor utama S&P, indeks keuangan yang sensitif terhadap suku bunga paling membebani indeks acuan S&P 500, dengan berakhir turun 2,6 persen.

Sektor utilitas mencatat penurunan persentase terbesar S&P jatuh 3,3 persen. Real Estate dan bahan pokok konsumen - juga sektor yang sensitif terhadap suku bunga yang sering dilihat sebagai safe havens - keduanya turun lebih dari dua persen.

Namun indeks sektor energi, teknologi dan jasa komunikasi semua menunjukkan kenaikan.

Indeks volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai pengukur rasa takut Wall Street mengakhiri hari di dekat terendah sesi, naik 0,95 poin menjadi 40,11, setelah naik setinggi 49,48.

Pada Kamis (27/2/2020), ketiga indeks utama telah mengonfirmasi koreksi dengan berakhir lebih dari 10 persen di bawah rekor penutupan tertinggi mereka.

Ekuitas mendapatkan beberapa dukungan setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan fundamental ekonomi Amerika tetap kuat dan bahwa bank sentral akan bertindak sewajarnya untuk memberikan dukungan.

Tetapi investor telah menghabiskan sebagian besar hari dengan membuang ekuitas beraliah surat utang negara AS, mendorong imbal hasil obligasi AS 10-tahun ke rekor terendah keempat mereka minggu ini.

Virus ini menyebar lebih lanjut pada Jumat (28/2/2020), dengan kasus yang dilaporkan untuk pertama kalinya di setidaknya enam negara di empat benua, menghancurkan pasar dan medorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meningkatkan peringatan risiko dampaknya menjadi "sangat tinggi."

Beberapa investor menyuarakan keprihatinan ketika menuju akhir pekan di mana mereka tidak bisa berdagang karena laporan baru tentang virus.

"Untuk mendapatkan tanda yang jelas, pasar membutuhkan bukti bahwa wabah tersebut berada di bawah kendali, tidak ada peningkatan di negara-negara baru dan bahwa kami tidak mendapatkan wabah yang signifikan di Amerika Serikat," kata Jack Janasiewicz, kepala strategi portofolio untuk Natixis Investment Managers .

Janasiewicz melihat penyebaran virus China sebagai dorongan untuk mengurangi paparan aset berisiko, dan mengatakan tonggak berikutnya untuk pengurangan risiko lebih lanjut adalah wabah AS.

Baca juga: Wall Street anjlok dalam 6 hari beruntun, Virus Corona menyebar cepat
Baca juga: Wall Street bervariasi di tengah ketakutan virus dan data ekonomi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020