Surabaya (ANTARA News) - Investasi prospektif yang dapat menjadi pilihan semasa krisis ekonomi global saat ini adalah yang menyangkut empat hal kebutuhan pokok manusia, meliputi bidang energi, properti, air, dan makanan.

"Keempat hal itu merupakan investasi terbaik untuk jangka panjang. Apalagi, pertumbuhan manusia di dunia naik secara signifikan," kata Komisaris Utama PT Mega Capital Indonesia, Henry C Suryanaga, di pembukaan kantor Agency Mega Capital Indonesia di Graha SA Surabaya, Kamis.

Menurut dia, semakin besar populasi di suatu negara, uang yang telah diinvestasikan pada empat hal itu akan terus tumbuh. Terlebih karena mereka sangat membutuhkan keempat hal itu sebagai kebutuhan vital dalam hidupnya.

"Jumlah penduduk di dunia pada tahun 2009 ada sekitar 7 miliar orang, sementara 50 tahun lalu jumlah penduduk di dunia masih 3 miliar orang," ujarnya.

Dalam situasi perekonomian saat ini, kata dia, hanya ada tiga negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif yang meningkat sekitar 0,5 sampai 1 persen. Ketiganya yaitu China dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi mencapai 6 persen, India 5 persen, dan Indonesia akan mencapai 4 persen.

"Sementara, di negara tetangga seperti Singapura kondisi ekonominya tengah resesi atau mengalami pertumbuhan ekonomi minus," katanya.

Ia menerangkan, pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai posisi minus disebabkan pengaruh krisis ekonomi global yang menerpa pasar uang di negara itu. Angka perbandingan market capital Singapura dengan gross domestic product (GDP) mencapai 308 persen.

"Kalau melihat perkembangan ekonomi Indonesia saat ini tidak separah Singapura, karena orang yang bermain saham hanya 47 persen dari total orang bekerja," katanya.

Ia menyatakan, saat ini adalah waktu yang belum tepat untuk bermain saham. Alasannya, bunga deposito sekarang masih di atas 10 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas Rp10.000,00 per dolar AS, dan indeks saham AS masih fluktuatif.

"Kalau bermain saham, anggaplah saham sebagai sambal di meja makan dan anggaplah nasi sebagai bisnis utama. Artinya, tanpa sambal orang masih bisa hidup dan tanpa saham orang tetap bisa mencari nafkah. Kami berharap mereka tetap fokus pada bisnisnya dan tidak tergiur oleh saham," katanya.

Ia mengatakan, saat ini saham bukanlah pilihan investasi terbaik. Hal ini terlihat dari transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia yang kini hanya menembus Rp1 triliun/hari sedangkan pada seminggu lalu bisa mencapai Rp6 triliun/hari.

"Karena itu, kami sarankan masyarakat lebih memilih obligasi dan deposito sebagai pilihan investasinya," katanya.

Pilihan itu, tambah dia, karena diprediksi sekitar 3-6 bulan ke depan suku bunga bank akan berangsur turun sekitar kurang dari 10 persen dan berimbas pada suku bunga kredit yang mencapai 11-13 persen. Hal itu akan diperkuat dengan posisi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang mencapai level Rp10.000,00-Rp11.000,00 per dolar AS pada kuartal II/2009.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009