Surabaya (ANTARA News) - Iklim investasi di Jawa Timur diperkirakan akan bergairah lagi setelah suku bunga kredit perbankan akan turun.

"Kini kami masih menunggu penurunan bunga kredit, dari suku bunga kredit sekarang 16 persen. Idealnya dapat turun sekitar 10 persen," kata Ketua Dewan Perwakilan Cabang Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Yapto Willy Sinatra di Surabaya, Selasa.

Ia menjelaskan, untuk menggairahkan investasi, maka industri yang bergerak di sektor makanan dan minuman (mamin) perlu ditumbuhkan. Salah satunya, dengan peningkatan kualitas produk pangan, menjaga produk mamin yang selalu higienis, mengemas produk itu dengan kemasan yang baik, dan mendistribusikan produknya dengan baik pula.

"Sebenarnya produk Indonesia bisa bersaing dengan negara Singapura. Untuk meningkatkan kualitas dan daya saing di pasar internasional bisa dilakukan dengan mengikuti `Free Trading Agreement` (perjanjian perdagangan bebas)," katanya menjelaskan.

Melalui FTA, pengusaha mamin lokal dapat memperdagangkan produknya di negara anggota FTA tanpa dikenai bea masuk. Misalnya, produk Indonesia bisa masuk ke Singapura dan sebaliknya tanpa ada bea masuk tersebut.

"Sampai hari ini, negara yang menjadi anggota FTA, di antaranya Amerika Serikat, Australia, India, Jepang, dan beberapa negara Eropa," katanya menyebutkan.

Yapto menambahkan, pengaruh kenaikan upah minimum karyawan (UMK) sebesar 18-20 persen pada tahun ini memang harus dipenuhi oleh pengusaha mamin. Apalagi kebutuhan hidup masyarakat sekarang mulai dari sandang, pangan, dan papan juga meningkat.

"Kenaikan UMK ini harus mereka lakukan agar industri mamin Jatim tetap tumbuh. Kalau tidak, akan ada banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor ini, meskipun jumlahnya hanya sedikit," katanya.

Ia menerangkan, pengusaha mamin di Jatim harus menghindari adanya PHK. Hal ini perlu diupayakan agar angka pengangguran di Jatim tidak semakin meningkat.

Sementara itu, pengaruh krisis ekonomi global pada bulan Oktober 2008 tidak membuat pengusaha mamin anggota Gapmmi di Jatim sampai gulung tikar. Di tengah kondisi ini mereka tetap bisa bertahan.

"Total anggota Gapmmi Jatim saat ini ada 800 pengusaha, terdiri dari 75 persen usaha kecil menengah (UKM), 15 persen pengusaha kelas menengah, dan 10 persen pengusaha kelas atas," katanya.

Menurut dia, kebijakan pengetatan impor sangat bagus bagi pertumbuhan industri mamin. Adanya pengetatan impor terhadap produk berkode MD (produk yang diproduksi di dalam negeri) dan berkode ML (produk yang diproduksi di luar negeri) dapat menggairahkan sektor ini.

"Pada tahun 2006-2007 produk mamin di Jatim, 50 persennya dikuasai barang impor dan sisanya produk domestik. Kini produk impor hanya ada 10 persen," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009