Nusadua, Bali,  (ANTARA News) - Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB), Haruhiko Kuroda, yakin kawasan Asia secara bersama-sama akan menemukan mekanisme pemecahan atas kebuntuan akibat krisis global yang terjadi belakangan ini.

Hal itu dinyatakan Kuroda kepada ANTARA dalam peninjauannya ke The Westin, kawasan Nusadua, Bali, Selasa. Kuroda berada di Bali selama satu hari untuk meninjau secara langsung persiapan penyelenggaraan pertemuan tahunan ke-42 ADB.

Kemarin, Kuroda berada di Jakarta untuk bertemu dengan sejawatnya, Menteri Keuangan/Pejabat Menteri Koordinator Perekonomian, Sri Mulyani. Sebelumnya, pertemuan empat mata dilakukan dengan Presiden Susilo B Yudhoyono, di Jakarta.

Menurut Kuroda, dalam pertemuan tahunan ke-42 ADB itu, akan dibahas beberapa isu utama, yaitu bagaimana negara-negara anggota menyikapi krisis finansial dewasa ini secara lebih baik, perubahan iklim dunia, dan integrasi ekonomi kawasan.

"Akan tetapi juga kami bicara hal lebih khusus, yaitu akan ada pertemuan antara kami dan ke-67 gubernur bank sentral anggota untuk membahas antisipasi dampak krisis ekonomi itu di tingkat nasional, regional, dan kawasan," katanya.

Dampak krisis ekonomi global di negara-negara Asia, kata Kuroda, jelas berbeda satu dengan lainnya.

Namun ADB berkeyakinan akan ada satu penyamaan persepsi di negara-negara anggota tentang cara menyelesaikan krisis ini di tiap negara.

"Sehingga pada saat pulang, para kontingen bisa mengantongi cara pemecahan yang cukup baik bagi pemerintah masing-masing. Ada tantangan-tantangan khusus di Asia, yaitu pasar finansial, cara mendorong peningkatan volume eksport, dampak khusus kepada kaum miskin, ditambah masalah fiskal dan finansial," katanya.

Dalam pertemuan tahunan ke-42 ADB kali ini, akan hadir sekitar 3.000 orang anggota delegasi dari 67 negara anggota ditambah negara pengamat, pers internasional, lembaga keuangan dan para teknokrat dari berbagai disiplin ilmu, serta perwakilan lembaga internasional.

Terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah adalah pada 1976, tepat pada saat ADB yang juga dibidani Indonesia berusia 10 tahun.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009