Jakarta (ANTARA News) - Meskipun pemilihan presdien dan wakil presiden (Pilpres) masih akan berlangsung beberapa bulan mendatang dan manuver-dukung-mendukung belum mencapai titik puncak, tetapi sejumlah aktivis muda yang tergabung dalam Kaum Muda Indonesia untuk Demokrasi (KMI) sudah berani memebri sinyal dukungan kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Koordinator Nasional KMI Zaenal A Budiyono di Jakarta, Jumat, mendeklarasikan berdirinya KMI untuk mempertegas peran dan posisi ikut dalam melakukan perubahan Bangsa Indonesia.

KMI didirikan sekelompok aktivis muda dari berbagai latar belakang pendidikan, profesi dan organisasi. Pendirian kaum muda ini bertujuan untuk mewujudkan Indonesia masa depan yang demokratis dan bermartabat, dengan memberikan ruang yang partisipatif bagi kaum muda sebagai inisiator perubahan.

"Semangat Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, perjuangan kemerdekaam 1945 dan gerakan reformasi 1998 telah mengilhami terbentuknya KMI," katanya.

Dalam deklarasinya, KMI menghimbau elit politik dan segenap komponen bangsa lainnya untuk mengedepankan budaya politik yang demokratis, santun dan beradab.

Selain itu KMI menyatakan akan mendukung kesinambungan pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang diusung Partai Demokrat dalam Pemilu 2009. KMI juga akan mengajak seluruh elemen kaum muda, pelajar dan mahasiswa untuk menggunakan hak pilih secara rasional pada pemilu 2009.

Sekretaris Jenderal KMI Firman Baso mengakui, ada sebagian kalangan yang berpendapat kelemahan SBY adalah lamban dalam membuat keputusan. Namun hal tersebut bukan karena SBY peragu tetapi lebih kepada unsur kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan tersebut.

Hal ini penting dalam rangka menghasilkan keputusan yang tepat. Namun sebenarnya SBY mampu mengambil keputusan secara cepat, ketika kondisinya memang dalam keadaan mendesak.

"Dia juga pernah melakukan itu (keputusan cepat dalam keadaan mendadak), contohnya langkah 10 poin yang diambil secara mendadak dalam rapat kabinet pada malam hari untuk mengantisipasi dampak krisis ekonomi global,"katanya.

Acara deklarasi juga disertai peluncuran buku berisi dari kumpulan tulisan Zaenal A Budiyono pada rentang waktu dari tahun 2004 hingga 2008.

Buku berjudul "Demokrasi Bukan Basa-Basi"` mengisahkan perjalanan demokrasi sejak SBY memimpin bangsa ini. Buku setebal 514 halaman juga mencatat tahun 2004 merupakan awal demokrasi yang lebih baik melalui sistem pemilihan langsung presiden.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009