Jombang (ANTARA News) - Panitia pengobatan yang dilakukan dukun cilik, Muhammad Ponari, di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur membatasi jumlah pasien 5.000 orang per hari.

"Untuk pengobatan pada hari Sabtu (21/2) besok kami hanya membatasi 5.000 pasien. Demikian pula pada hari Minggu (22/2)," kata M Anang Basuki, selaku Ketua Panitia Pengobatan Ponari, saat ditemui usai rapat di Balai Dusun Kedungsari, Jumat malam.

Pembatasan itu dilakukan agar tragedi tewasnya empat orang warga yang terinjak-injak saat mengantre berobat di rumah Ponari tidak terulang.

"Oleh sebab itu kami minta kesadaran masyarakat karena pembatasan ini juga untuk kebaikan bersama," kata guru SD Negeri Kedungrejo, Kecamatan Megaluh itu.

Ia mengimbau warga yang tidak mendapatkan nomor antrean tidak perlu datang ke Dusun Kedungsari karena kupon antrean untuk hari Sabtu (21/2) dan Minggu (22/2) telah habis.

Sedang kupon antrean untuk hari Senin (23/2) dan seterusnya, panitia belum memastikan ketersediaannya karena masih akan menunggu hasil evaluasi pelaksanaan pengobatan pada hari Sabtu dan Minggu.

"Kami masih akan terus melakukan evaluasi. Sebelumnya pada jadwal pengobatan hari Senin (16/2) hingga Rabu (18/2), kami hanya mengeluarkan 3.500 kupon per hari," katanya.

Panitia menyediakan kupon antrean itu di Balai Desa Balongsari yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah Ponari di Dusun Kedungsari. Untuk setiap kupon, panitia mematok tarif Rp5.000,.

"Tarif itu merupakan uang jasa penertiban, bukan permintaan dari Ponari dan keluarganya karena warga sini yang memiliki inisiatif menertibkan dan mengamankan antrean itu," kata Anang.

Sebelumnya polisi telah menutup tempat praktik dukun berusia sembilan tahun itu setelah empat orang tewas terinjak-injak dan belasan lainnya mengalami luka-luka.

"Tapi kami merasa sedih karena ribuan orang masih saja bertahan di desa ini. Bahkan ada di antaranya yang sampai rela menjadi buruh petik kacang untuk bertahan hidup saat menunggu pengobatan yang dilakukan oleh Ponari," katanya.

Meski menanggung segala risiko, lanjut Anang, masyarakat Desa Balongsari bergotong-royong turut mengamankan dan menertibkan antrean ribuan pasien yang hendak berobat kepada murid Kelas III SD Negeri Balongsari 1 itu.

Dalam dua hari terakhir ribuan warga dari berbagai daerah di pelosok Tanah Air masih bertahan di desa itu, walau pun Ponari sedang tidak buka praktik.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009