New York (ANTARA/AFP) - Harga minyak mentah dunia turun, Jumat waktu setempat, di tengah  pasar yang terguncang kekhawatiran merosotnya permintaan energi karena perekonomian global nyaris terhenti akibat meluasnya krisis keuangan, kata para dealer.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Maret, turun 54 sen menjadi 38,94 dolar AS per barel, sementara di London, minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman April merosot 10 sen menjadi 41,89 dolar AS  per barel.

Andy Lipow dari Lipow Oil Associates mengatakan, tingkat harga minyak sekarang menggemakan aksi jual di pasar-pasar saham.

Semula kontrak New York telah kehilangan lebih dari dua dolar AS karena indeks saham "blue-chip" Dow Jones Industrial Average di Wall Street jatuh sekitar 200 poin.

Penurunan harga minyak menjadi moderat dalam penutupan perdagangan akhir pekan, menyusul "rebound" tajam pada Kamis setelah Badan Informasi Energi AS (IEA) mencatat penurunan cadangan minyak mentah AS yang mengejutkan sehingga meningkatkan harapan bakal munculnya permintaan baru dari konsumen energi terbesar dunia ini.

Minyak mentah New York sempat menguat hampir lima dolar AS sehingga harga minyak dunia melompat lebih dari dua dolar AS setelah IEA mengatakan stok minyak mentah AS turun 200 ribu barel hingga 13 Februari.

Namun, perkiraan kenaikan stok bensin yang lebih besar mengindikasikan tingkat permintaan energi masih rendah, kata para pedagang.

"Meski kemarin menguat, tekanan yang berasal dari pasar saham global  masih merembes ke pasar komoditas dan mengakibatkan kecenderungan terus tertekannya harga," kata para analis dari BMO Capital Markets.

Para analis mengingatkan, kontrak acuan New York berikutnya untuk pengiriman April akan lebih cepat tertekan yang pada Jumat kemarin ditutup pada 40,03 dolar AS.

Pasar saham global jatuh lagi, Jumat, di tengah kekhawatiran mendalam terhadap sektor keuangan yang bermasalah dan cenderung terus melemah di seluruh dunia.

"Kecemasan terhadap memburuknya prospek ekonomi global membuat pasar saham berjatuhan karena para investor menurunkan posisi risikonya, dengan harga minyak mengikutinya turun di tengah kekhawatiran melemahnya permintaan," kata analis dari perusahaan pialang Sucden, Nimit Khamar.

Pekan lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memproduksi sekitar 40 persen minyak mentah dunia, memangkas proyeksinya permintaan minyak global 2009 sebesar 0,67 persen  karena "depresi ekonomi" di negara-negara industri. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009