Jakarta (ANTARA News) - Mohammad Jusuf Kalla, Jumat ( 20/2), membuat kejutan di Kompleks Istana Wakil Presiden saat mengumumkan kesiapannya menjadi calon presiden masa bakti 2009-2014 untuk bersaing dengan "bosnya" sendiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum DPP-PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto, dan pendiri Partai Gerindra Letjen Purnawirawan Prabowo Subianto.

"Saya siap dalam posisi apapun untuk bangsa ini," kata Jusuf kepada wartawan di kantor Wakil Presiden, Jumat siang.

Pernyataan resmi pengusaha yang kini Wakil Presiden itu disampaikan setelah pada Kamis(19/2) di Jakarta, selaku Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya, menerima 33 ketua dewan pimpinan daerah (DPD) Golkar yang mendesak Kalla siap maju sebagai calon presiden pada pemilihan presiden dan wakil presiden Juli mendatang.

"Sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, saya tidak bisa bicara lain selain dari apa yang diinginkan dan diputuskan dari bawah (sebagai capres, red)," kata Jusuf Kalla.

Pengumuman lantang orang nomor satu di Golkar ini memang telah lama ditunggu para kadernya karena selama ini dari kalangan partai ini yang muncul baru nama-nama seperti Sri Sultan Hamengku Buwono X, serta beberapa tokoh muda seperti Marwah Daud Ibrahim dan Yuddy Chrisnandi.

Dukungan kepada Kalla sebenarnya banyak namun dia lebih sering disebut-sebut akan "dijodohkan" kembali dengan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai duet presiden dan wakil presiden masa bakti 2009-2014 .

Dalam berbagai kesempatan, baik Yudhoyono maupun Kalla berulangkali menyebut duetnya dalam pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu akan diselesaikan dengan dengan baik hingga Oktober 2009.

Sekalipun dalam pemilihan nanti, Kalla harus "berkelahi" dengan Yudhoyono, namun dia menegaskan sampai pelantikan presiden dan wakil presiden yang baru pada 20 Oktober mendatang, mereka harus tetap bekerjasama memimpin pemerintahan.

"Tidak boleh pecah (kongsi, red). Bagaimana mau pecah kongsi, orang rakyat yang mengangkat," kata Jusuf Kalla pada jumpa pers yang mengejutkan ini.

Ketika menjelaskan latarbelakang pengumuman kesiapan menjadi capres mendatang, Kalla mengemukakan bahwa sebagai partai besar, Golkar harus berani bersikap tegas dan jelas di masa mendatang sehingga tidak dianggap "remeh" atau tidak dianggap enteng oleh partai-partai lainnya.

Sebelumnya Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Achmad Mubarok mengatakan Golkar diperkirakan hanya akan memperoleh suara 2,5 persen dalam pemilihan anggota DPD, DPR, dan DPRD 9 April mendatang.

Walaupun kemudian Mubarok mengatakan ucapan 2,5 persen itu sebagai perumpamaan, namun pernyataannya itu telah ditanggapi keras dari tokoh-tokoh Golkar, bahkan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono telah memberikan teguran keras kepada anak buahnya ini.

Sri Mulyani

Ketika menanggapi pengumuman Jusuf Kalla bahwa Golkar akan mengajukan calon presidennya sendiri sehingga tidak sekedar sebagai pendamping dalam posisi wakil presiden, Ketua Bidang Politik DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan bagi Demokrat tidak memasalahkan pencalonan diri Ketua Umum Golkar itu.

"Kami menghargai langkah partai politik lainnya. Kami tidak khawatir terhadap langkah itu (putusan Kalla, red)," kata Anas yang pernah bertugas sebagai anggota KPU dan Ketua Umum PH-HMI.

Partai Demokrat sendiri sudah bulat mencalonkan SBY dalam pilpres mendatang namun belum membahas calon wakil presidennya.

Tetapi karena Kalla sudah mengumumkan kesiapannya bersaing dengan SBY sebagai capres, maka tentu Partai Demokrat harus mencari calon wakil presidennya yang selama ini kadung dihubungkan dengan Jusuf Kalla.

D0i sela-sela Rapimnas Partai Demokrat di Jakarta baru-baru ini, Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Achmad Mubarok sempat mengajukan wacana menarik ketika berbincang dengan beberapa wartawan tentang tokoh ideal yang pantas dijadikan pendamping SBY sebagai wakil presiden untuk masa bakti 2009-2014.

"Calon wakil presiden yang ideal bagi SBY adalah orang muda sehingga dia bisa menjadi calon presiden pada pilpres tahun 2014," kata Mubarok.

Ia kemudian menyebut nama Sri Mulyani yang sedang menjabat Menteri Keuangan merangkap Pelaksana Jabatan Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan Boediono yang menjadi Gubernur Bank Indonesia.

Mubarok memang tidak menjelaskan apakah nama Sri Mulyani itu baru "pemikirannya sendiri " atau sudah menjadi wacana yang berkembang luas dalam elite Partai Demokrat.

Yang jelas, pengumuman Jusuf Kalla siap menjadi capres mendatang dan ucapan Mubarok bahwa SBY perlu calon wakil presiden yang muda seperti Sri Mulyani akan menambah semaraknya pembicaraan tentang pilpres, apalagi Megawati belum mau menyebutkan calon pendampingnya dan belum jelasnya manuver Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam kancah politik nasional. (*)

Oleh Oleh: Arnaz Ferial Firman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009