Kalau misalnya kebijakan moneter seluruh dunia masih cukup longgar, masih cukup ekspansif, dan Bank Indonesia juga masih cukup akomodatif, malah mendorong penurunan suku bunga, maka aset kelas yang paling diuntungkan adalah aset kelas berbasis pendap
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Alvin Pattisahusiwa optimistis dana kelolaan perseroan dapat bertumbuh seiring dengan kebijakan ekspansif bank sentral di dunia.

"Kalau misalnya kebijakan moneter seluruh dunia masih cukup longgar, masih cukup ekspansif, dan Bank Indonesia juga masih cukup akomodatif, malah mendorong penurunan suku bunga, maka aset kelas yang paling diuntungkan adalah aset kelas berbasis pendapatan tetap," ujar Alvin saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Alvin memperkirakan, kebijakan moneter yang cukup longgar dari bank sentral AS juga masih akan tetap berlanjut, sehingga Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melakukan satu atau dua kali pemotongan suku bunga di 2020 yang akan berdampak positif bagi kelas aset pendapatan tetap, yang merupakan kelas aset mayoritas dalam komposisi dana kelolaan MMI.

"Ekspektasi kami satu atau dua lagi pemotongan. Efek turunnya suku bunga The Fed sebesar 50 bps, harusnya BI lakukan satu pemotongan. Tapi dengan adanya wabah corona, akan turun sekali lagi," kata Alvin.

Terkait wabah virus corona atau COVID-19, dengan komposisi dana kelolaan MMI saat ini yang mayoritas merupakan aset kelas berbasis pendapatan tetap, dampaknya relatif tidak terlalu besar seperti halnya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Tentu saja ada dampak dari "market valuation" untuk reksadana saham tapi karena porsinya di kami hanya 15 persen, mungkin tidak terlalu sebesar industri atau teman-teman lain yang mungkin lebih banyak porsinya di saham," ujar Alvin.

Pada 2020, Alvin Mandiri optimistis MMI dapat mencapai target dana kelolaan tembus hingga Rp66 trliun, dibandingkan tahun sebelumnya Rp57,9 triliun.

Untuk mencapai target tersebut, pihaknya telah menyiapkan "complimentary ecosystem" agar para investor tetap dapat berinvestasi secara optimal di tengah situasi perekonomian global dan nasional saat ini.

Mandiri Investasi menyiapkan berbagai ekosistem dalam mensiasati era disrupsi. Contohnya ialah produk reksa dana yang memiliki fitur pencairan di hari yang sama (sameday settlement atau ‘T+0’) yang dikenal dengan nama Reksa Dana Mandiri Investa Pasar Uang 2 (MIPU2). Reksa Dana ini untuk mendukung ekosistem digital dengan menyasar e-wallet dari industri fintech.

Selain itu, Mandiri Investasi juga telah memiliki produk Reksa Dana "all weather fund" yaitu Reksa Dana Mandiri Investasi Obligasi Nasional bagi investor yang ingin memilliki fleksibilitas untuk berinvestasi dalam surat utang negara berdenominasi Dolar AS dan atau Rupiah.

Tidak hanya itu, Mandiri Investasi juga memiliki produk reksa dana yang telah disesuaikan dengan tema disrupsi global yaitu Reksa Dana Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED) yang berinvestasi pada portofolio efek syariah luar negeri yang memiliki kemampuan untuk melakukan disrupsi pada level global.

Mandiri Investasi juga memiliki produk yang memberikan disrupsi kepada produk konvensional industri reksa dana yaitu produk-produk investasi alternatif seperti KIK EBA, KIK DINFRA, dan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).

"Di tahun ini, kami juga berencana menerbitkan produk inovatif investasi alternatif lainnya yaitu KIK EBA Syariah dan DINFRA lanjutan," ujar Alvin.

Baca juga: OJK: Porsi dana kelolaan reksadana syariah masih rendah

Baca juga: Fantastis, dana kelolaan reksadana capai Rp303,6 triliun

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020