New York (ANTARA News) - Harga minyak naik, Selasa, didorong oleh gelombang dingin di AS, menyusul pelemahan tajam yang berasal dari kekhawatiran atas merosotnya permintaan energi dengan menurunnya perekonomian global. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk penyerahan Pebruari, naik 19 sen menjadi 37,78 dolar per barel. Di London, minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Pebruari menguat 1,92 dolar menjadi 44,83 dolar di bursa InterContinental Exchange. Senin lalu, harga minyak turun di bawah 40 dolar di New York akibat kecemasan meningkatnya penurunan ekonomi global akan semakin menekan permintaan energi. Para produsen OPEC siap mengambil "langkah lebih jauh" untuk mendongkrak harga minyak mentah, kata Sekjen kartel itu, Selasa, sambil menambahkan terlalu dini untuk memastikan dampak pemangkasan produksi yang mulai berlaku 1 Januari. Saudi Arabia, negara berpengaruh dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), telah mengisyaratkan produksinya akan berada di bawah kuotanya pada Pebruari. Harga minyak merosot setelah mencetak rekor tinggi 147 dolar per barel pada Juli 2008. Harga meningkat akibat suhu dingin membeku yang melanda sepertiga wilayah timur AS dan penurunan produksi Saudi Arabia, kata John Kilduff, analis pada MF Global. "Kenaikan hari ini akibat langkah Saudi Arabia dan kecemasan terhadap cuaca akan mereda, dengan keluarnya laporan stok minyak AS besok yang memperlihatkan membengkaknya cadangan minyak mentah," katanya kepada Reuters. Departemen Energi AS akan menyiarkan laporan stok meningguannya Rabu. Harga minyak merosot 16 persen pada pekan lalu menyusul kenaikan stok minyak AS yang memicu kekhawatiran melemahnya permintaan energi pada konsumen energi terbesar dunia itu, seiring dengan semakin beratnya resesi. "Pasar terfokus pada meningkatnya stok pada saat ini, seperti diperlihatkan dengan naiknya secara signifikan cadangan minyak mentah di Cushing, Oklahoma," ujar analis Cameron Hanover. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009