Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kebangsaan, Viktus Murin, di Jakarta, Jumat, menyatakan, konflik fisik di tubuh Komite Nasional Pemuda Indonesia telah membuat organisasi kepemudaan tersebut makin tidak populer.

Ia mengatakan itu, merespons tindakan berbau anarkis berupa kejadian pengrusakan gedung serta peralatan di Kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) KNPI, di jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

Pendapatnya ini didukung oleh mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Kenly Poluan serta Ketua `demisioner` Presidium DPP Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKIR), Emmanuel Tular, secara terpisah.

"Konflik fisik ini, menjadi bukti mampetnya komunikasi antar elite KNPI. Dan karenanya, menurut saya, KNPI telah mengalami keterasingan dari orientasi historisnya," lanjut Viktus Murin yang juga mantan Sekjen Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini.

Padahal, sebagai wadah berhimpun dan forum komunikasi pemuda Indonesia, menurutnya, KNPI sejak eksistensinya yang antara lain dideklarasikan oleh Kelompok Cipayung pada 23 Juli 1973, benar-benar memiliki idealisme jelas untuk menjadi `kawah candra dimuka` para pemimpin bangsa.

"Di mana-mana, di pusat hingga di seluruh pelosok, banyak kadernya yang telah berhasil membuktikan kemampuan dan kapabilitasnya sebagai kader pemimpin. Tetapi sayangnya, di tataran elite masa kini, pasca reformasi, terjadi degradasi idealisme dan malah keterasingan dari orientasi historik," tandasnya.

Kendati begitu, Viktus Murin dan sejumlah aktivis generasi muda Indonesia sepakat, wadah semacam KNPI itu tetap dibutuhkan di negara yang majemuk ini.

"Karena dari wadah berhimpun dan forum komunikasi ini, pemuda bisa diajar untuk bersikap inklusif, menghargai kebhinekaan serta paham akan bagaimana menghantarkan bangsa majemuk ini ke arah kemajuan," tandasnya.

Namun, karena KNPI sendiri yang dinilainya telah menodai sendiri eksistensi kesejarahannya, ia berpendapat, perlu suatu wadah alternatif pemuda.

"Pemuda Indonesia memerlukan wadah baru sebagai alternatif keberhimpunan pemuda," tegas Viktus Murin.

Terhadap tawaran mendeklarasikan Forum Pemuda Indonesia `alternatif` itu, baik Kenly Poluan maupun Emmanuel Tular menyatakan sepakat mendukungnya.

"Sejak awal dekade ini, KNPI semakin jauh dari prinsip dasarnya ketika dia didirikan. Lembaga ini, terutama di tingkat pusat, semakin dikendalikan dengan menggunakan tatakrama demokrasi ala kapitalis liberal oleh segelintir elite demi kepentingan kelompoknya," katanya.

Emmanuel Tular juga berpendapat begitu, dengan menambahkan, proses revitalisasi yang dilakukan sejak awal 2000-an, ternyata gagal berlanjut, sehingga banyak pemuda berniat mendeklarasikan wadah berhimpun dan forum komunikasi generasi muda lain.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009