Teheran (ANTARA News) - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Sabtu menuduh Amerika Serikat merencanakan "kehadiran jangka panjang" di Irak setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan sekitar 50.000 tentara akan tinggal hingga 2011.

"Pencaplok menyiapkan alasan untuk kehadiran jangka panjang mereka di Irak, yang merupakan bahaya besar dan pemerintah Irak seharusnya mengetahui bahaya itu," kata Khamenei kepada tamunya, Presiden Irak Jalal Talabani, kata kantor berita ISNA.

"Tentara pencaplok seharusnya keluar dari Irak secepat-cepatnya, karena setiap hari penangguhan adalah kematian bagi warga Irak," katanya kepada pemimpin Irak tersebut.

Iran dengan bagian besar Syiah selalu lantang menuntut tentara asing keluar dari tetangganya itu, tempat warga Syiah juga merupakan bagian terbesar dari masyarakatnya.

Obama pada Jumat memerintahkan pengahiran dalam 18 bulan atas gerakan tentara Amerika Serikat di Irak.

Tapi, presiden itu juga menyatakan 50.000 tentara Amerika Serikat, dibandingkan dengan saat ini 142.000 orang, akan tinggal di Irak dengan tugas baru hingga ahir 2011, hampir sembilan tahun sesudah pendahulunya, George W Bush, memerintahkan serbuan untuk menumbangkan Presiden Saddam Hussein.

Wakil Presiden Irak Tareq Hashemi pada Sabtu menyambut penarikan pasukan tempur Amerika Serikat seperti digariskan Presiden Obama, namun menekankan bahwa Washington masih "punya tanggung jawab besar" untuk membantu Irak.

"Kami menyambut tekad pemerintah Amerika Serikat menarik pasukannya dari Irak seperti yang dijadwalkan," kata Hashemi dalam pernyataan dikeluarkan kantornya.

Hashemi, yang merupakan Arab Suni, menyatakan Irak akan terus membangun pasukan keamanan lengkap, tapi menegaskan bahwa tugas Amerika Serikat dan masyarakat dunia masih jauh dari berahir.

"Irak masih memerlukan masyarakat dunia untuk beberapa waktu lagi untuk dapat membangun negara hukum dan Amerika Serikat punya tanggung jawab besar dalam hal ini," katanya.

Pasukan peralihan pasca-2010, yang berkekuatan 35.000 dan 50.000 tentara, akan tetap ditempatkan untuk membantu Irak memerangi terorisme serta memberikan pelatihan.

Koran Irak juga menyambut langkah Amerika Serikat itu, namun menyatakan negara masih rawan itu harus memeriksa kemampuannya untuk melindungi diri dari perlawanan, yang masih berlangsung dan campur tangan asing.

Tapi, koran "Badr", yang dimiliki partai Syiah berkuasa, Dewan Islam Irak Agung, memuji penarikan itu dan menyatakan pasukan keamanan Irak telah memiliki kemampuan cukup.

"Kemajuan penting di Irak dicapai bukan karena keberadaan Amerika Serikat di Irak, melainkan karena perbaikan dan persiapan angkatan bersenjata Irak, yang telah membebaskan sebagian besar wilayah dari kelompok Alqaida dan penjahat lain," katanya.

Komandan di Irak menyatakan kuatir bahwa penarikan pasukan Amerika Serikat di bawah kerangka waktu 16 bulan hingga tahun 2010 akan membuat pasukan negara adidaya itu kekurangan tenaga pada keadaan rawan setelah pemilihan umum penting berlangsung di Irak dalam waktu satu tahun mendatang.

Di bawah perjanjian ketentaraan, yang ditandatangani dengan Bagdad pada November 2008, Washington menyetujui penarikan semua pasukan tempurnya selambat-lambatnya pada ahir 2011 dan menarik mereka dari kota kecil dan besar hingga ahir Juni 2009.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009