Surabaya (ANTARA News) - Pencetus Dewan Integritas Bangsa (DIB), Solahudin Wahid (Gus Solah), menilai Indonesia gagal meniru konsep Grameen Bank yang dikembangkan Muhammad Yunus, meski bankir India itu sudah pernah datang ke Indonesia.

"Usaha ekonomi di Indonesia itu 95 persen merupakan usaha mikro, tapi APBN tidak memihak usaha mikro, karena itu Muhammad Yunus, ketika bertemu teman saya di Bali menilai Indonesia telah gagal dalam pengembangan usaha mikro," katanya dalam Dialog Tokoh bertajuk "Merah Putih Ekonomi Indonesia" di Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Menurut pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang dan adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid itu, ketimpangan ekonomi di Indonesia terjadi karena ekonomi skala makro yang tidak mencapai lima persen justru diperhatikan pemerintah.

"Kalau pemerintah mau berkomitmen mengamalkan Pembukaan UUD 1945 tentu APBN akan diorientasikan kepada usaha mikro, sebab negara kita itu ditopang 95 persen usaha mikro, sedang usaha skala makro pun tidak sampai lima persen," katanya.

Oleh karena itu, katanya, DIB akhirnya mengadakan konvensi untuk menjaring calon presiden (capres) yang diperkirakan mampu memihak pada rakyat, terutama capres yang mampu meneladani pemikiran bankir rakyat kecil, Muhammad Yunus.

"Tapi, konvensi DIB hanya diikuti Marwah Daud (Golkar), Rizal Ramli (mantan Menteri Perekonomian), Bambang Sulistomo (putra Bung Tomo), dan Yuddy Chrisnandi (anggota Komisi Pertahanan DPR)," katanya.

Di hadapan ratusan mahasiswa FE se-Indonesia yang berkongres di kampus Unair, Gus Solah mengampanyekan Marwah Daud sebagai calon presiden dari DIB.

"Dari roadshow kampanye capres DIB ke beberapa daerah, saya menemukan bahwa keinginan masyarakat kita itu sederhana, yakni mereka ingin nasibnya lebih baik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja," katanya.

Oleh karena itu, masyarakat perlu pemimpin yang visi dan misinya dikenal rakyat, bukan hanya populer. "Karena itu, DIB mengenalkan capres dengan mengenalkan program mereka kemana-mana," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009