Seoul (ANTARA News/Kyodo-OANA) - Ketegangan kian meningkat di Laut Jepang ketika Senin, Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan memulai latihan militer bersama di tengah-tengah kecurigaan, bahwa Korea Utara sedang menyiapkan ujicoba peluncuran rudal jarak jauh di balik kedok peluncuran satelit atau peluncuran rudal jarak pendek dari suatu tempat di pantai timurnya. Korea Utara telah mengancam `perang` terhadap negara-negara yang berusaha menembak jatuh satelitnya, dan memutuskan satu-satunya sambungan khusus militer dengan Korea Selatan dalam protesnya terhadap latihan AS-Korea Selatan tersebut. Korea Utara melarang warga Korea Selatan untuk menyeberangi perbatasan darat dan pulang-pergi kerja ke kawasan industri Korea Utara di kota perbatasan Kaesong. Dalam balasannya terhadap latihan AS-Korea Selatan, Korea Utara juga memperingatkan bahwa pihaknya tidak menjamin keselamatan penerbangan sipil di atas wilayah udara mereka termasuk di atas Laut Jepang, yang di Korea disebutnya sebagai Laut Timur. Korea Utara bersikap keras terhadap Korea Selatan sejak Desember lalu, ketika Pyongyang menangguhkan kunjungan melintasi zona bebas-militer yang dijaga ketat. Pada Januari lalu, Korea Utara mengumumkan tidak berlakunya jalur perbatasan utara atas Laut Kuning, yang dianggap sebagai perbatasan laut dengan Korea Selatan. Latihan-latihan AS-Korea Selatan, yang akan berakhir sampai 20 Maret, tak hanya melibatkan puluhan ribu pasukan angkatan darat AS dan Korea Selatan, namun juga armada udara yang diperkuat dengan nuklir dan kapal-kapal perang Aegis AS yang dilengkapi dengan sistem pertahanan rudal. Sementara itu, laporan-laporan media Korea Selatan Senin mengisyaratkan bahwa peluncuran ujicoba rudal Korea Utara diyakini secara luas melibatkan rudal jarak jauh. Terdapat spekulasi bahwa militer AS tergerak untuk mengatasi peluncuran rudal jarak jauh Korea Utara yang diduga bisa mencapai Alaska itu. Pihak militer AS menegaskan bahwa latihan-latihan militer di Korea Selatan tidak ada hubungannya dengan meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. Korea Utara juga menandaskan bahwa peluncuran satelit adalah suatu hak kedaulatannya dan memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan menoleransi provokasi sedikitpun. Pada Maret 2003, Korea Utara mengirimkan empat jet tempur untuk membuntuti pesawat mata-mata RC1355 AS di atas Laut Jepang. Jet-jet Korea Utara itu terbang dekat dengan pesawat militer AS tersebut, yang berkemampuan mengamati rudal-rudal balistik. Setelah Korea Utara mengeluarkan peringatan kepada penerbangan sipil, Korea Selatan dan maskapai-maskapai penerbangan sipil lainnya mengalihkan jalur penerbangannya untuk tujuan Amerika Utara dan Rusia. Sebaliknya, penerbangan sipil dilaporkan mengggunakan wilayah udara yang dikuasai Jepang atau China. Juga terdapat laporan-laporan bahwa kapal-kapal kontainer dan kargo yang bisanya berlayar dekat pantai Korea Utara juga menyimpang dari perairan itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009