Surabaya (ANTARA News) - Ekspor non migas Jawa Timur belum menunjukkan tren kenaikan, volumenya menyusut 8,97 persen menjadi 293 ribu ton dibandingkan bulan sebelumnya atau dari sisi nilai meningkat 17,02 persen menjadi 523 juta dolar Amerika Serikat (AS) dari bulan lalu, seiring pengaruh krisis ekonomi global tahun lalu.

"Kini, prosentase penurunannya mulai berkurang. Hal ini menjadi pertanda baik bahwa ekspor akan berkembang pada bulan ini," kata Kepala Bagian Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Saiful Jasan, di Surabaya, Rabu.

Berdasar Surat Keterangan Asal (SKA) pada bulan Januari tahun ini, sebut dia, volume ekspor Jatim mencapai 322 ribu ton atau senilai 447 juta dolar Amerika Serikat (AS). Pencapaian itu, secara volume turun 13,36 persen dan dari segi nilai menyusut 16,32 persen dibanding Desember 2008.

" Ada beberapa sebab hal ini bisa terjadi. Salah satunya, karena naiknya nilai dolar AS terhadap rupiah," katanya.

Selain itu, lanjut dia, karena kini para eksportir lebih selektif. Mereka mengekspor barang-barang tertentu yang nilainya tinggi dan yang lebih menguntungkan. "Mengingat hampir semua negara membatasi impornya terutama dalam hal kuantitas," katanya.

Namun demikian, ia optimistis akan kembali terjadi kenaikan nilai ekspor sekitar 15 persen pada Maret dibandingkan Februari tahun ini. Selain itu, juga diperkirakan penurunan volume ekspor juga akan kembali berkurang.

"Target kami ekspor bulan ini akan susut sekitar 5 persen saja," katanya.

Menurut dia, hal itu karena para eksportir kini sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Terbukti beberapa eksportir telah mampu memilih komoditas yang lebih menguntungkan secara nilai untuk dijual ke luar negeri.

Selain itu, ada beberapa eksportir yang telah menemukan pasar baru atau menyepakati cara pembayaran baru dengan para pembeli asing.

"Memang ada yang sedikit berkorban dengan menerima tawaran pembayaran dengan jangka waktu yang lebih panjang. Namun, hal itu memang konsekuensi yang harus ditanggung dalam situasi krisis seperti ini," katanya.

Selain itu, tambah dia, diharapkan juga akan ada kontribusi dari penjualan langsung dan tak langsung tujuh pengusaha furnitur yang akan mengikuti pameran di China pekan depan (18/3). Target tahun ini, ada peningkatan penjualan sekitar 15 persen dari penjualan langsung saat pameran pada tahun 2008 sebesar Rp1,258 miliar.

"Kami juga akan terus mengusahakan dengan lobi-lobi khusus ke beberapa negara agar mau menyerap ekspor produk pertanian dari Jatim," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009