Apabila masalah bahan baku ini tidak bisa diselesaikan, pada bulan Maret sampai ke depan penurunan produksi bisa sampai 50 persen
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memastikan pasokan sepatu akan terlambat masuk ke pasaran domestik saat Lebaran 2020 yang jatuh pada akhir Mei.

Pasalnya, bahan baku produksi sepatu yang bergantung dari China terganggu akibat mewabahnya virus corona jenis baru (COVID-19).

"Bulan Januari-Februari ada outbreak corona, padahal pada 3 Februari seharusnya sudah harus ada pengapalan bahan baku untuk industri kita. Karena corona ini diundur terus sampai 17 Februari 2020," kata Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri dalam diskusi "Corona Datang Bisnis Meradang" di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Ada harapan industri sepatu di Banten batal relokasi, ini syaratnya

Firman menuturkan bahan baku yang terhambat itu telah membuat produksi sepatu turun hingga 20 persen sepanjang Februari 2020.

"Apabila masalah bahan baku ini tidak bisa diselesaikan, pada bulan Maret sampai ke depan penurunan produksi bisa sampai 50 persen," katanya.

Kendati demikian, Firman menyebut kondisi ekonomi China kini mulai berangsur pulih. Dengan demikian, ada harapan bagi industri untuk bisa lebih baik di tengah dampak wabah corona.

Baca juga: Industri sepatu di Banten relokasi ke Jawa Tengah, ini alasannya

Ia menambahkan, meski ada harapan, produk orientasi pasar domestik sayangnya harus menghadapi keterlambatan pasokan saat Lebaran 2020.

"Untuk kejar pasar Lebaran, pertengahan Maret ini bahan baku sudah harus masuk. Itu dalam kondisi normal. Tapi dalam kondisi sekarang, sejelek-jeleknya bahan baku masuk pertengahan April tapi ada potensi produk sepatu masuk ke pasar Lebaran akan terlambat," jelasnya.

Firman mengakui, dampak corona cukup memukul industri sepatu. Ia mengatakan industri harus membayar lebih untuk bahan baku dari China. Pasalnya, industri bahan baku sepatu di China juga harus membayar upah lembur untuk mengantisipasi kemunduran produksi pesanan yang sudah disepakati.

Baca juga: Produksi sepatu Indonesia duduki peringkat ke-4 dunia

Setidaknya, jika ingin mengejar waktu pengiriman bahan baku, harga bisa naik hingga 10 persen.

Selain itu, di dalam negeri pihaknya juga harus mengejar target produksi baik untuk ekspor maupun pasar domestik.

"Pastinya kita harus bayar overtime lagi untuk pekerja kita selesaikan sesuai tenggat waktu. Jadi pasar untuk Lebaran pasti terlambat, kemudian beban-beban biaya tadi juga harus dikeluarkan industri," kata Firman.

Baca juga: industri kecil sepatu kulit ini jangkau seluruh Indonesia berkat online



 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020