Pelaku pasar semakin terguncang setelah setelah laporan Reuters bahwa Gedung Putih telah memerintahkan pertemuan tingkat atas yang dirahasiakan untuk membahas COVID-19.
New York (ANTARA) - Saham-saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Dow mengonfirmasi pasar bearish untuk pertama kali sejak krisis keuangan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut wabah COVID-19 sebagai pandemi.

Ketiga indeks saham utama AS mengakhiri sesi dengan penurunan tajam, dengan indeks acuan Dow ditutup turun lebih dari 1.400 poin serta indeks S&P 500 dan indeks komposit Nasdaq keduanya sekitar 19 persen di bawah rekor penutupan tertinggi 19 Februari.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 1.464,94 poin, atau 5,86 persen menjadi 23.553,22. Indeks 30-saham jatuh ke wilayah pasar bearish, turun lebih dari 20 persen dari rekor penutupan tertinggi bulan lalu. Pasar bearish dikonfirmasi ketika indeks ditutup 20 persen atau lebih di bawah penutupan tertinggi paling baru.

Baca juga: Wall Street bangkit, Dow naik 1.100 poin dari sesi terburuk sejak 2008

Sementara itu, indeks S&P 500 merosot 140,85 poin atau 4,89 persen, menjadi berakhir pada 2.741,38 poin dan Indeks Komposit Nasdaq jatuh 392,20 poin atau 4,70 persen, menjadi ditutup pada 7.952,05 poin.

Semua 11 sektor utama dalam S&P 500 mengakhiri sesi dengan turun tajam. Saham perbankan yang sensitif terhadap suku bunga jatuh 5,9 persen ketika imbal hasil obligasi AS turun.

Pelaku pasar semakin terguncang setelah setelah laporan Reuters bahwa Gedung Putih telah memerintahkan pertemuan tingkat atas yang dirahasiakan untuk membahas COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu (11/3/2020) bahwa wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus ini menyebar semakin luas di seluruh dunia.

"Hanya ada sejumlah besar berita buruk hari ini, semakin banyak orang dengan penyakit ini, ada berbagai sudut pandang tentang bagaimana stimulus harus bekerja, dan pasar bertindak sesuai dengan itu," kata Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.

"Kamu menyebut hal ini pandemi dan semua kacau."

Baca juga: Saham Tokyo bervariasi saat Wall Street "rebound" dan imbas corona

Kurangnya rincian dari pemerintah Trump mengenai rencananya untuk stimulus fiskal, dan perselisihan partisan di Washington, menambahkan lebih lanjut ketidakjelasan yang beragam.

"Bantuan fiskal mungkin lambat datang, karena perbedaan antara presiden dan Kongres tentang apa yang harus diambil," tambah Tuz.

Boeing Co adalah hambatan terbesar pada blue-chip Dow, anjlok 18,2 persen setelah mengumumkan rencana penarikan penuh dari pinjaman yang ada 13,8 miliar dolar AS secepatnya pada Jumat (13/3/2020). Pembuat pesawat itu mengalami kejatuhan terbesarnya selama tiga hari, melampaui serangan 11 September 2001.

Saham-saham di seluruh dunia kehilangan kekuatan meskipun ada upaya-upaya stimulus global untuk melunakkan pukulan ekonomi virus tersebut, bernama COVID-19, dengan Inggris dan Italia mengumumkan dana cadangan untuk menghadapi krisis yang terus meningkat.

Kekhawatiran terhadap virus yang menyebar cepat telah merusak pasar dan rantai pasokan yang terpincang saat negara-negara di seluruh dunia bergulat dengan bagaimana cara menahan virus dan dampak ekonominya.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Federal Reserve AS secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk kedua kalinya bulan ini pada akhir pertemuan kebijakan moneter dua hari minggu depan, Reuters melaporkan.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020