Kolombo (ANTARA News/AFP) - Pasukan pemerintah menguasai sebuah bekas pos polisi Macan Tamil, Minggu, dan membunuh sedikitnya sembilan pemberontak sehingga jumlah korban tewas mereka dalam pertempuran akhir pekan menjadi 41, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Sri Lanka.

Pasukan keamanan telah merebut pangkalan yang dulu digunakan sebagai kantor polisi oleh Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE), kata kementerian itu.

Menurut kementerian tersebut, sembilan gerilyawan tewas dan di pihak militer hanya ada "korban ringan" dalam pertempuran Minggu itu.

Sedikitnya 32 gerilyawan Tamil tewas pada Jumat dan Sabtu ketika pasukan bergerak semakin dekat ke arah kemenangan final atas gerilyawan separatis itu, kata kementerian tersebut.

Sekitar 30 pemberontak tewas pada Jumat di daerah Puthukkudiriruppu, benteng terakhir Macan Tamil, sementara dua orang lagi tewas pada Sabtu, katanya.

"Pasukan infantri bergerak semakin jauh ke daerah-daerah persembunyian LTTE... menimbulkan korban dalam jumlah besar di pihak teroris," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Belum ada pernyataan segera dari Macan Tamil, namun situs pro-pemberontak Tamilnet mengatakan bahwa 69 warga sipil, termasuk 19 anak, tewas dalam pemboman militer di sebuah daerah yang ditetapkan sebagai "zona aman" oleh pemerintah.

Militer Sri Lanka membantah menyerang "zona aman" dan sebaliknya menuduh LTTE memalsukan laporan-laporan mengenai kematian warga sipil dalam jumlah besar.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang sebagian besar wartawan, pekerja bantuan dan pengamat internasional pergi ke zona-zona pertempuran.

Meski demikian, ketua Komisi Hak Asasi Manusia PBB Navi Pillay mengatakan, sekitar 2.800 warga sipil tewas dalam petempuran sejak 20 Januari, dan kedua pihak yang bertempur mungkin bersalah atas kejahatan perang.

Militer menyatakan, mereka mengepung kelompok pemberontak itu di sebuah jalur daratan sempit dan memperkirakan segera mengakhiri perang gerilya yang telah berlangsung puluhan tahun itu.

PBB meyakini bahwa 150.000 hingga 180.000 warga sipil masih terperangkap di dalam wilayah yang masih dikuasai Macan Tamil itu.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa telah memperingatkan pemberontak Macan Tamil agar menyerah tanpa syarat atau dibunuh.

"Mereka (Macan Tamil) harus mengizinkan warga sipil pergi dan kemudian menyerah tanpa syarat," kata Rajapaksa.

Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembali Kilinochchi, yang diklaim Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) sebagai ibukota mereka, dan mengusir pemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009