Semarang (ANTARA News) - Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani meminta kepada semua kader partainya di Jawa Tengah untuk berjuang keras memperebutkan 49 persen "swing voter" atau suara yang tidak terikat dengan partai politik.

"Sebagai lumbung suara `swing voter`, Jateng dipastikan menjadi satu-satunya provinsi yang menjadi incaran kaum nasionalis," ujarnya ketika mengikuti kegiatan penandatanganan kontrak politik para caleg PDI Perjuangan di Kantor DPD Jateng, Senin.

Ia juga mengingatkan kepada kadernya PDI untuk mewaspadai gerakan dari PKS, Golkar, dan Partai Demokrat yang ingin mendapatkan "swing voter" tersebut.

"Informasinya, Partai Demokrat bakal menyiapkan dana besar-besaran beberapa hari menjelang pemilu legislatif guna memperebutkan `swing voter` tersebut" ujarnya.

Menurut sejumlah pihak, "swing voter" se-Indoensia mencapai 40 persen, sedangkan di Jateng mencapai 49 persen suara.

Ia mengingatkan kepada kader partainya agar tidak terlena dengan prediksi sejumlah pihak yang mengatakan PDI tetap akan menjadi pemenang perebutan "swing voter" tersebut.

"Jika tidak mencermati, `swing voter` bisa beralih ke partai lain karena diberi stimulan yang menggiurkan," ujarnya.

Untuk dapat meraih kemenangan, PDI Perjuangan menargetkan memperoleh 50 persen dari total prediksi `swing voter` yang ada di Jateng.

Oleh karena itu, kader PDI Perjuangan diminta membuat strategi agar dapat meraih suara tambahan dari "swing voter" tersebut.

Menurut dia, potensi suara sebanyak 20 juta belum cukup untuk memuluskan jalan pada pemilihan presiden mendatang.

"Kita harus berjuang hingga titik darah penghabisan," tegasnya.

Sejak kemunculan kebijakan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan caleg terpilih dengan suara terbanyak mendorong semua caleg turun ke daerah-daerah untuk mendapatkan suara maksimal.

"Kami meminta semua kader di daerah segera membentuk peta perolehan suara. Setidaknya daerah yang termasuk kategori solid, kurang, dan akan kalah dapat segera diambil tindakan," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009