Jakarta (ANTARA News) - Kemampuan untuk meramalkan dan membaca tren ("trend forecasting") merupakan kunci sukses bagi UKM yang bergerak di bidang industri kreatif. "Kemampuan membaca suatu tren yang akan datang mendorong pelaku industri kreatif untuk mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan gaya hidup mendatang," kata Direktur Eksekutif Indonesia Creative Center (ICC), Irvan A. Noe`man, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, pelaku industri kreatif harus memiliki kemampuan tersebut agar produk-produk Indonesia mempunyai daya saing tinggi dibandingkan negara-negara lain. Kemampuan meramalkan tren tersebut harus didukung dengan kemampuan untuk meneliti dan mengurai kekayaan budaya yang ada ("decode" dan "decoded") menjadu suatu produk yang laku dijual. "Apalagi Indonesia mempunyai 300 ragam etnik yang dapat menjadi sumber inspirasi kreatif," katanya. Meramalkan tren dan mengurai kekayaan etnik Indonesia tersebut harus melalui proses inovatif dan desain. Menurut dia, desain yang mengacu kepada tren yang benar dan diramu dengan kekayaan etnik akan menghasilkan produk yang memiliki spirit kekinian. "Dapat dipastikan produk itu akan dengan mudah terjual di pasar yang luas," katanya. Sementara itu, pengurus ICC, Sri Ernawati, mengatakan, selama ini produk UKM termasuk industri kreatif Indonesia selalu beberapa langkah tertinggal dibandingkan negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia. "Ini karena kemampuan adaptasi tren dan mendecode pelaku UKM belum optimal," katanya. Menurut dia, dari pameran ke pameran produk UKM Indonesia cenderung "itu-itu" saja alias tidak berubah seiring perkembangan zaman sehingga akhirnya konsumen dan pasar akan merasa jenuh. Oleh karena itu, ICC yang merupakan yayasan non-profit yang bergerak di bidang pengembangan produk Indonesia berupaya membina khususnya pelaku UKM yang bergerak di sektor fashion, home-furnishing, craft, dan food labelling-packaging. Pihaknya akan melakukan mapping/seleksi/assesment yang merupakan proses memetakan untuk menyeleksi UKM dan produk yang potensial untuk dikembangkan. "Selanjutnya kami akan melakukan pengembangan kapasitas SDM dan produk UKM," kata Erna. Program ICC yang lain adalah melakukan promosi sebagai upaya untuk memamerkan, memperkenalkan, sekaligus mempromosikan hasil pengembangan SDM dan produk UKM. Pihaknya juga menggandeng berbagai pihak termasuk Carlin Internasional, perusahaan peramal tren terbesar di dunia yang berpusat di Paris, Perancis. Penanggung Jawab Carlin International Asia Pacifik yang berkedudukan di Bangkok, David Landart, mengatakan, dalam menentukan dan meramalkan tren desain ketepatan waktu merupakan faktor yang sangat penting. "Seperti apapun secantik apapun desain yang kita rancang kalau munculnya terlalu cepat akan dianggap aneh dan sebaliknya kalau munculnya terlambat maka kita akan tertinggal oleh kompetitor," katanya. Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada kesempatan yang sama mendukung penuh upaya yang dilakukan oleh ICC untuk membina UKM industri kreatif di Tanah Air. "Kami berharap ICC bisa mengambil posisi sebagai pusat jaringan desain dan sumber konten kreatif sehingga secara bertahap bisa terjadi akumulasi sumber pustaka," kata Asisten Deputi Bidang Ekspor Impor Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Prijambodo. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009