Jember (ANTARA News) - Mahasiswa cenderung menjadi golongan putih (golput) dalam Pemilu 2009, alias tidak menggunakan hak pilihnya. "Mahasiswa cenderung bersikap apatis, apolitis dan kritis terhadap Pemilu 2009 mendatang," kata Dr. Muhammad Uhaib As`ad akademisi dari FISIP Universitas Islam Kalimantan (Muhammad Arsyad Al Banjary) dalam Seminar Nasional "Polemik Golput di Era Demokrasi Dalam Perspektif Islam" yang digelar di aula IKIP PGRI Jember, Jatim, Sabtu. Menurut dia, pemilih muda (mahasiswa) terbagi menjadi dua kelompok, pertama kelompok apatis dan apolitis, kelompok yang biasanya teralienasi dari sistem atau proses politik yang ada. Kedua, kelompok rasional dan kritis, sehingga tidak mudah terbujuk slogan dan janji caleg atau capres dalam Pemilu 2009. "Berdasarkan kategori itu, jumlah mahasiswa yang akan golput dalam Pemilu 2009 cukup tinggi," katanya menduga. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang golput itu haram, kata dia, tidak akan berpengaruh untuk menekan angka golput di Indonesia, karena masyarakat, terutama mahasiswa sudah tidak percaya terhadap partai politik yang ada. "Fatwa MUI tidak efektif untuk menekan angka golput pada Pemilu 2009," katanya dengan tegas. Ia menjelaskan, hasil survei yang dilakukan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menyebutkan, angka golput diprediksi mencapai 32 persen pada Pemilu 2009, sehingga fatwa MUI tidak akan berpengaruh di Indonesia. "Saya juga melakukan survei di 13 kabupaten di Kalimantan Selatan (Kalsel), terkait dengan prediksi golput pada Pemilu 2009. Hasilnya angka golput di Kalsel mencapai 31 persen," katanya mengungkapkan. Sementara itu, Ketua MUI Jember, Sahilun A. Nasir, menilai, sikap golput yang dilakukan masyarakat akan mempengaruhi masa depan bangsa, sehingga diharapkan masyarakat berpartisipasi aktif untuk menyalurkan hak pilih pada Pemilu 2009. "Umat Islam diimbau untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya untuk mengemban tugas `amar makruf nahi mungkar`," kata Sahilun berharap. Menurut dia, pemilu dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama dan kepentingan bangsa. "MUI secara tegas memberikan fatwa haram terhadap golput, agar masyarakat dengan sadar dan bertanggung jawab menggunakan hak pilih pada pemilu 9 April mendatang," katanya dengan tegas. Sebagai generasi penerus bangsa, kata dia, mahasiswa harus menyalurkan haknya dan tidak golput, agar terjadi perubahan yang lebih baik di Indonesia. "Meski mahasiswa cenderung golput, saya imbau untuk memilih pada pemilu mendatang," katanya berharap. Secara terpisah, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Jember, Taufiqur Rahman, mengakui, mahasiswa cenderung tidak menyalurkan hak pilih pada pemilu. "Mahasiswa banyak tahu tentang caleg dan parpol, sehingga enggan untuk memilih, karena tidak ada jaminan perubahan yang lebih baik ditangan mereka," katanya menerangkan. Ia juga tidak setuju fatwa haram MUI tentang golput, karena Indonesia masih menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, sehingga memilih atau tidak adalah hak setiap warga negara. "Saya pesimis, pemilu dapat membawa perubahan yang lebih baik, sehingga saya secara pribadi tetap memilih golput pada Pemilu 2009," katanya menambahkan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009