Tokyo (ANTARA News) - PM Jepang Taro Aso, Minggu, mengecam Korea Utara melakukan tindakan provokatif yang ekstrim dan langsung mengirimkan nota protes melalui jalur diplomatiknya di Beijing, menyusul "sukses" Korut peluncurkan roket pembawa satelitnya ke orbit yang melintasi wilayah udara Jepang.

Demikian disampaikan PM Jepang Taro Aso dalam jumpa persnya di kantor PM Jepang yang diliput secara luas oleh media massa Jepang. Jumpa pers langsung digelar, satu jam setelah Korea Utara (Korut) dengan sukses meluncurkan satelit komunikasinya ke orbit.

"Itu benar-benar tindakan provokatif yang ekstrim dan dilakukan ditengah peringatan keras negara-negara di dunia, termasuk Amerika Serikat," kata Aso.

Sementara itu, siaran pers Departemen Luar Negeri Jepang yang diterima ANTARA di Tokyo, Minggu, menyebutkan Negeri Sakura itu juga seketika mengirimkan nota diplomatik yang bernada protes terhadap Korut lewat kedutaan besar Jepang di Beijing pada pukul 12.30 waktu Jepang.

Surat protes tersebut dikirimkan satu jam setelah Korut meluncurkan roketnya.

Jepang mengecam negeri komunis tersebut telah melakukan tindakan yang mengancam perdamaian dunia dan keamanan di kawasan Asia serta melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan deklarasi yang diambil dalam Pembicaraan Enam Negara (Six Party`talks).

Jepang meminta dilaksanakannya semua resolusi PBB yang relevan dengan pelanggaran kesepakatan mengenai Korut secara tegas, dimulai dari penundaan berbagai aktivitas terkait program peluru kendali antar benua negara tersebut.

Jepang mendesak negara tetangganya itu untuk melakukan aksi yang konkret dan menyeluruh terkait isu yang belum tuntas di antara kedua negara selama ini, seperti kasus penculikan dan penghapusan program nuklir.

Lebih jauh PM Aso mengatakan, Korea Utara, jelas-jelas telah menciderai resolusi PBB yang melarang aktivitas peluncuran peluru kendali negara tersebut. Jepang bersama komunitas internasional lainnya tidak akan tinggal diam terhadap tindakan itu.

Aso juga menyinggung soal dampak dari jatuhnya roket peluncur satelit yang menurut laporan tidak menimbulkan kerusakan apa pun, baik di daratan maupun wilayah perairan Jepang.

"Hal baiknya yang patut disyukuri dari hal tadi adalah tidak terjadinya kerusakan bagi Jepang. Saya pikir isu yang terpenting adalah mengenai selamatan dari rakyat Jepang," katanya.

Aso juga memuji reaksi yang tenang dari rakyat Jepang atas peristiwa Minggu pagi, dan menyampaikan rasa rasa terima kasihnya atas sikap "kalem" tersebut.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat pada pukul 15.00 waktu New York, terkait dengan tindakan Korut yang meluncurkan roketnya ke angkasa luar.

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyesalkan tindakan Korut tersebut dan mendesak Korut untuk menahan diri, karena telah melakukan aktivitas yang berpotensi mengagalkan upaya-upaya yang tengah dilakukan untuk memelihara stabilitas dan perdamiaan di kawasan Asia.

Dalam siaran pers Departemen Luar Negeri Jepang juga menegaskan pihaknya akan memperpanjang sanksi larangan bagi kapal Korut yang akan memasuki berbagai pelabuhan laut Jepang mulai 13 April mendatang.

Sanksi itu diperpanjang hingga minimal setahun. Larangan tersebut berlaku sejak 2006 dan dikaji ulang setiap enam bulan.

Berdasarkan pemantauan Jepang, maka Korut meluncurkan roket yang membawa satelit komunikasinya pada Minggu pagi pukul 11.30, sedangkan Rusia yang ikut memantau perjalanan roket hingga menghilang di angkasa, terjadi pada pukul 06.32 waktu Moskow.

Jepang menyatakan bagian pendorong kedua roket itu telah jatuh di Samudra Pasifik, lepas pantai Jepang, yang menunjukkan peluncuran roket negeri komunis itu berhasil dengan baik.

Roket pendorong pertama diyakini jatuh di perairan sekitar 280 kilometer di barat prefektur Akita utara, sedangkan roket pendorong kedua jatuh di perairan sekitar 1.270 kilometer di lepas pantai timur Jepang.

Jepang sendiri tidak melakukan tindakan apa pun, meski telah mengerahkan kapal-kapal perangnya yang dipersenjatai dengan rudal pencegat, dan juga misil-misil yang bisa menjatuhkan peluru kendali Taepodong-2 milik Korut, yang secara teori bisa menjangkau Alaska atau Hawaii.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009