PBB, New York (ANTARA News) - Dewan Keamanan (DK) PBB, Ahad, menunda pembicaraan tertutup mengenai peluncuran roket jarak-jauh Korea Utara (Korut), tanpa kesepakatan mengenai cara menanggapi apa yang disebut negara-negara Barat sebagai "pelanggaran jelas atas resolusi PBB".

"Semua anggota Dewan Keamanan sepakat melanjutkan konsultasi mengenai tindakan yang sesuai oleh DK sejalan dengan tanggung jawabnya mengingat mendesaknya masalah ini," kata Duta Besar Meksiko di PBB Claud Heller, Presiden DK bulan April, kepada wartawan setelah pertemuan tersebut.

Amerika Serikat dan Jepang, yang menyerukan pertemuan itu sebagai reaksi atas apa yang mereka pandang sebagai "aksi provokatif" Pyongyang, mengatakan peluncuran "rudal tiga-tahap Taepodong-2", dengan perkiraan jangkauan 6.700 kilometer, melanggar Resolusi 1718 Dewan Keamanan PBB.

Resolusi itu, yang disahkan pada 2006 --setelah peluncuran rudal oleh Korut pada 5 Juli dan ujicoba nuklir pada 9 Oktober tahun itu-- menuntut Pyongyang menahan diri dari ujicoba-nuklir lebih lanjut atau peluncuran lain rudal balistik.

Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice mengatakan kepada wartawan bahwa konsultasi tambahan direncanakan dilanjutkan di New York dan di ibukota berbagai negara di seluruh dunia Ahad malam dan dalam beberapa hari kemudian, guna berusaha menyepakati "reaksi yang kuat dan jelas dari Dewan".

Banyak diplomat mengatakan ada kesepakatan umum mengenai penyampaian keprihatinan sehubungan dengan peluncuran tersebut dan seruan agar Pyongyang kembali ke pembicaraan enam-pihak serta menghormati semua resolusi.

"Fakta mengenai peluncuran itu sendiri adalah pelanggaran nyata (terhadap Resolusi 1718). Penggunaan teknologi rudal balistik adalah pelanggaran terhadap resolusi yang melarang kegiatan yang berhubungan dengan rudal," kata Rice, seoerti dilaporkan AFP.

Seorang diplomat Barat, yang tak ingin disebutkan jatidirinya, mengatakan Rice, yang didukung oleh rekannya dari Prancis dan Inggris, mendesak dikeluarkannya pengutukan kuat atas tindakan Korut, selama konsultasi itu.

Namun Rusia, China, Libya, Uganda dan Vietnam menyerukan penahanan diri dalam reaksi dewan sehingga tidak membahayakan pembicaraan enam-pihak mengenai perlucutan senjata nuklir oleh Korut, kata diplomat tersebut. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009