Seoul (ANTARA Newss) - Korea Utara memilih kembali Kim Jong-Il sebagai pemimpin militer tertinggi mereka melalui pemilihan parlemen pada hari Kamis.

Hal itu menandai kembalinya Kim ke panggung utama saat negaranya merayakan apa yang mereka sebut sebagai peluncuran satelit yang berjaya.

Peluncuran dilakukan Korut pada saat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal menyepakati aksi untuk menanggapi peluncuran hari Minggu, yang dicurigai sebagai uji coba peluru kendali itu.

Kesepakatan yang gagal tercapai mendorong senator AS John McCain untuk menekan China --sekutu utama Korut-- untuk bersikap keras terhadap negara tetangganya itu.

Kim, 67 tahun, kerap tidak hadir dalam acara-acara publik penting setelah disebut-sebut mengalami stroke pada Agustus tahun lalu.

Sakitnya Kim memunculkan pertanyaan soal kekuasaan tangan besinya terhadap dinasti komunis yang makin miskin itu dan apakah ada sosok yang menanti untuk menjadi pengganti Kim.

"Sidang Pertama Majelis Rakyat Tertinggi DPRK yang berlangsung hari ini memilih Kim Jong Il sebagai ketua Komisi Pertahanan Nasional DPRK," demikan laporan kantor berita Korut KCNA, yang menggunakan nama resmi Korut dengan Republik Rakyat Demokratik Korea.

Ketua Komisi Pertahanan Nasional adalah kursi pemegang kekuasaan di Korut.

"Ini... menandai peristiwa besar yang menunjukkan adanya kepercayaan yang tidak goyah serta keinginan tentara dan rakyat DPRK untuk mempertahankan diri serta mengagungkan sistem sosialis model Korea yang terpusat pada masyarakat," katanya seperti diwartakan Reuters.

Para analis mengatakan, sidang Majelis Rakyat Tertinggi yang digerakkan secara hati-hati itu akan memberikan mandat yang memperkuat kedudukan Kim dalam membangun negara militer serta bisa membuka jalan bagi pengalihan kekuasaan kepada salah satu dari tiga anak laki-lakinya.

Tidak jelas apakah Kim muncul dalam sidang tersebut.

Biasanya ia hadir dalam pembukaan sidang parlemen.

Mesin propaganda Korea Utara telah secara hati-hati mengatur pemunculan kembali Kim dari sakitnya melalui laporan-laporan tentang kunjungannya ke pabrik-pabrik dan pangkalan militer namun hanya mengeluarkan sedikit foto yang diambil dari kunjungan tersebut.

Pihak yang menjalankan propaganda juga mempersiapkan kepada publik kembalinya Kim secara penuh dengan mengatakan bahwa ia berada di tempat yang cukup dekat untuk melihat peluncuran roket jarak-jauh.

Pada hari Selasa, gambar video peluncuran diperlihatkan di televisi pemerintah, diikuti dengan program dokumenter mengenai Kim sehingga masyarakat bisa meiihat sosok Kim dalam gambar-gambar video untuk pertama kalinya sejak ia disebut-sebut mengalami stroke.

Para analis mengatakan peluncuran tersebut adalah uji coba peluru kendali jarak-jauh yang daya jelajahnya bisa mencapai Alaska.

Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan mengatakan peluncuran itu merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa --yang melarang Korut melakukan kegiatan yang berhubungan dengan peluru kendali balistik.

China dan Rusia termasuk di antara negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB yang masih belum yakin bahwa peluncuran itu merupakan pelanggaran resolusi.

Duta besar China untuk PBB telah mendesak agar pihak-pihak terkait menahan diri.

Menurutnya, penentangan terhadap peluncuran roket oleh Korut hanya akan meningkatkan ketegangan.

Setelah melakukan pertemuan dengan menteri pertahanan China di Beijing, McCain mengatakan sudah saatnya negara itu melakukan hal yang lebih.

"Mereka bisa dan perlu, dan belum berupaya lebih keras untuk mempengaruhi Korut guna mencoba menghindarkan ancaman ini mengganggu stabilitas di wilayah dunia ini," katanya.

Mengenai imbauan China agar pihak-pihak menahan diri, McCain mengatakan, "Kita sudah mendengar itu selama bertahun-tahun."

Pada sidang pertama parlemen --yang akan bertugas selama lima tahun, diperkirakan akan terjadi perombakan jabatan di Komisi Pertahanan Nasional, kemungkinan akan diperluas untuk lebih memperkuat posisi Kim. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009