Jakarta (ANTARA News) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean plus 3 yang gagal dilaksanakan di Pattaya, Thailand, tidak berpengaruh negatif terhadap kesepakatan Chiangmai Initiative.

Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda setibanya di Bandara Halim
Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu, mengatakan sebenarnya sudah banyak hal penting disepakati pada pertemuan sebelumnya dan pada acara "working dinner" para pemimpin Asia Timur pada Jumat malam.

"Secara substantif sebenarnya sudah ada kesepakatan-kesepakatan pokok yang tinggal `gong`nya saja, meski memang kita sesalkan summit ini tertunda," kata Menlu.

Hassan menjelaskan, pada pertemuan tingkat Menlu dan Menteri Keuangan Asean plus 3 sebelumnya, sudah disepakati tentang alokasi 120 miliar dolar AS dari kerja sama multilateral Chiangmai Initiative.

Pada sesi working dinner Jumat malam, para pemimpin Asean plus Jepang, Korea Selatan, dan China, sudah menyepakati pembagian distribusi dana tersebut.

Sebanyak 24 miliar dolar AS, menurut Hassan, berasal dari Asean, 24 miliar dolar AS dari Korea Selatan, dan 72 miliar dolar AS dari China dan Jepang.

Yang belum disepakati, menurut dia, adalah pembagian 72 miliar dolar AS antara Jepang dan China.

"Jadi memang belum ada kesepakatan antara Jepang dan China. Persoalan bukan karena dua-duanya kekurangan komitmen untuk mendukung mencapai 72 miliar dolar AS, tetapi karena masing-masing ingin lebih besar dari yang lainnya," tutur Menlu.

Asean, lanjut dia, membiarkan Jepang dan China untuk berunding sendiri menentukan komposisi pembagian 72 miliar dolar AS itu.

"Karena itu, keputusan untuk segera diputuskan di summit ini atau besok pun dianggap tidak perlu. Biarkan saja mereka berunding lagi," ujarnya.

Hal terpenting, menurut Hassan, adalah kerjasama multilateral Chiangmai Initiative sudah selesai pada pertemuan Asian Development Bank di Bali pada 3-4 Mei 2009.

Pada working dinner Jumat malam, Menlu menjelaskan, juga disepakati usulan PM Singapura Lee Hsien Liong tentang upaya pembentukan dana fasilitasi perdagangan atau dana tax credit, baik di antara Asean sendiri maupun melibatkan negara plus 3 dan lembaga keuangan regional maupun internasional.

Menlu mengatakan, sampai saat ini Indonesia belum merasa perlu untuk menawarkan diri menjadi tuan rumah KTT Asean plus 3 menggantikan Thailand.

"Tentunya kita juga harus sensitif kepada negara tuan rumah Thailand. Untuk masa-masa ini belum kita bicarakan, kita harus bicarakan dengan Thailand, dengan pihak Sekjen Asean, bagaimana keperluan agar Asean bisa segera bertemu kembali," demikian Menlu.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009