Surabaya (ANTARA News) - Masa kampanye pemilu menjadi berkah bagi pelaku bisnis periklanan di Jawa Timur (Jatim), karena pendapatan dari kegiatan tersebut mencapai Rp2 triliun.

"Angka ini sangat besar dan membantu bisnis kami yang tengah mengalami penurunan order dari korporasi sebesar 30 persen di triwulan pertama ini," kata Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jatim, Mufid Wahyudi, Minggu.

Ia mengakui, iklan melalui media cetak menjadi kontributor terbesar dari nilai transaksi yang ada yakni sekitar 42 persen. Sementara, melalui media elektronik lokal nilainya mencapai 33 persen.

"Sementara, sisa 25 persennya berasal dari spot iklan di radio dan iklan melalui media outdoor seperti spanduk, poster, baliho, dan lain-lain," katanya.

Di sisi lain, meski iklan melalui media outdoor relatif marak di jalanan, kata dia, kontribusinya justru kecil karena iklan tersebut ditangani sendiri oleh para calon anggota dewan maupun tim suksesnya.

Dengan pencapaian ini, jelas dia, pihaknya yakin bisa memenuhi target penjulan jasa iklan di Jatim tahun ini sebesar Rp18 triliun.

"Apalagi masih ada satu agenda nasional yang tersisa yakni pemilihan presiden (Pilpres)," katanya.

Akan tetapi, ia pesimistis, nilai penjualan jasa iklan pada pilpres akan sebaik pada pemilu untuk calon anggota dewan karena jumlah peserta atau partai dan pihak yang berkepentingan telah berkurang. Apalagi, anggaran mereka banyak terserap untuk agenda pertama.

"Kemungkinan nilai penjualan jasa iklan di Jatim pada pilpres tidak sampai setengah nilai pada saat ini," katanya.

Ia menambahkan, kini para pelaku bisnis periklanan berharap industri atau korporasi masih menjadi sumber utama penghasilan mereka. Untuk itu, ia akan melakukan pendekatan terhadap korporasi agar tidak terlalu memangkas biaya promosi terlalu besar.

"Selain itu, kami berusaha semakin kreatif untuk terus bisa menarik minat konsumen beriklan," katanya.

Ia berharap, kontribusi iklan korporasi dapat di atas 50 persen. Apabila hal itu tidak terjadi, nilai penjualan jasa iklan tidak akan bisa melampaui pencapaian tahun lalu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009