Jakarta (ANTARA News) - Salah satu fungsionaris Partai Golkar Fahmi Idris menilai bahwa Partai Golkar berpeluang besar berkoalisi dengan Partai Demokrat.

"Dari segi politik yang paling besar kemungkinan (koalisi) adalah dengan Demokrat. Bukan berarti yang lain tidak ada kemungkinan," kata Fahmi kepada wartawan di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa, seusai sidang kabinet paripurna.

Tapi, lanjut dia, segala sesuatunya masih dalam proses pembahasan sehingga tidak bisa dipastikan apakah A atau B. Sementara itu sekalipun perolehan suara Partai Golkar jauh lebih rendah dari Partai Demokrat, Fahmi membantah jika posisi tawar Golkar rendah.

"Jangan dilihat persentasenya, kalau Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) hanya dengan parpol Islam, apa mampu itu," katanya karena menurut Fahmi Golkar adalah partai penetralisir.

Saat ditanya apakah Golkar akan kembali mengajukan Jusuf Kalla (JK) sebagai pendamping Yudhoyono, ia mengatakan bahwa hal itu akan tergantung pada kesiapan dari Partai Demokrat (Susilo Bambang Yudhoyono).

"Kita lihat dari kedua pihak. Kesiapan pak SBY yang jadi pengendali. Cocoknya sama siapa? Sebagai pengendali tentu presiden harus cocok dengan wapresnya," ujarnya.

Terkait dengan pencalonan Jusuf Kalla sebagai calon presiden beberapa waktu lalu, Fahmi menolak hal itu sebagai suatu kesalahan atau ketergesaan.

Ia menjelaskan bahwa salah satu keputusan rapim adalah Golkar mengajukan capres jika memenangkan perolehan suara di pemilu.

"Sebetulnya bukan (inisiatif) pak Jusuf Kalla tapi desakan DPP untuk mencalonkan. Pak JK mengikuti untuk mencegah kegalauan internal agar kader tetap mantap menyambut pemilu," ujarnya.

Sementara itu pada Senin (13/4), Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla melakukan pertemuan selama 30 menit dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas.

Kalla yang menggunakan sedan Mercedes Benz seri S-500 bernomor polisi B 8293 F0 tiba di kediaman Yudhoyono sekitar pukul 22.00 WIB dan keluar dari kompleks perumahan itu pada pukul 22.35 WIB. Kaca mobil sedan mewah yang ditumpangi Kalla tertutup rapat saat tiba maupun ke luar dari Puri Cikeas Indah.

Menurut salah satu Ketua DPP Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, pasca-Pemilu 9 April 2009 Yudhoyono dan Kalla sudah sering berkomunikasi melalui telefon.

Pada Jumat 10 April 2009, Kalla menelefon Yudhoyono untuk mengucapkan selamat atas perolehan suara Partai Demokrat yang mencapai 20 persen menurut perhitungan sementara tabulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pada Senin (13/4) dan Selasa (14/4) siang, Yudhoyono dan Kalla sudah bertemu di Kantor Kepresidenan untuk rapat kabinet membahas Rencana Kerja Pemerintah (RKP).(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009