Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) menyatakan siap membayar utang yang jatuh tempo tahun ini senilai Rp5 triliun.

"Sebagian besar utang jatuh tempo tahun ini berbentuk rupiah, sehingga kami optimistis bisa membayarnya," kata Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar saat memaparkan kinerja keuangan di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, utang obligasi dan pinjaman luar negeri dengan total nilai 6,6 miliar dolar AS belum jatuh tempo dalam waktu dekat.

Direktur Keuangan PLN Setio Dewo Anggoro menambahkan, pihaknya akan melakukan lindung nilai (hedging) terhadap 50 persen atau 3,3 miliar dolar AS dari utang 6,6 miliar dolar AS itu.

"Hedging ini akan mengurangi risiko utang. Kami tidak mau terjadi rugi kurs yang besar seperti tahun lalu," ujar Setio.

Pada tahun 2008, PLN mengalami rugi kurs senilai Rp9,3 triliun, sehingga menyumbang kerugian total Rp12,3 triliun.

Menurut dia, PLN telah melakukan seleksi terhadap perbankan yang akan ditunjuk sebagai penjamin "hedging" itu.

Namun, Setio menambahkan, premi hedging ternyata tidak murah yakni mencapai dua persen dari 6,6 miliar dolar AS atau sekitar 140 juta dolar AS.

"Kami akan mulai hedging bulan depan atau paling lambat dalam dua bulan lagi," katanya.

Setio juga mengatakan, PLN menargetkan laba bersih pada 2009 lebih dari Rp1 triliun atau meningkat signifikan dibandingkan 2008 yang rugi Rp12,3 triliun.

"Untuk laba usaha perseroan, PLN menargetkan Rp10 triliun," katanya.

Laba tersebut dikarenakan belanja BBM PLN turun dari 24 persen tahun 2008 menjadi 18 persen tahun 2009 dari total kebutuhan energi pembangkit.

Faktor lainnya, banyak pembangkit BBM PLN dialihkan ke bahan bakar gas dan batubara.

Kebutuhan BBM PLN turun dari tahun 2008 sebesar 11,3 juta kiloliter menjadi 7,9 juta kiloliter tahun 2009.

Sedang, pemakaian gas ditargetkan naik dari 181 miliar british termal unit (BBTU) menjadi 298 BBTU dan batubara dari 20,9 juta ton menjadi 24,6 juta ton.

Menurut Setio, laba bersih Rp1 triliun itu dengan asumsi kurs Rp9.500 per dolar AS, minyak mentah Indonesia (ICP) 60 dolar AS per barel, harga batu bara 80 dolar AS per ton, dan pertumbuhan penjualan listrik enam persen.

Namun, lanjutnya, jika asumsi ICP 45 dolar AS per barel, kurs Rp11.000 per dolar AS dan harga batubara 70 dolar AS per ton, maka laba bersih PLN bisa lebih dari Rp1 triliun tersebut.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009