Abuja, Nigeria (ANTARA News/Reuters) - Kelompok militan utama Nigeria hari Minggu membebaskan seorang warga Inggris yang mereka sandera selama tujuh bulan di kawasan Delta Niger, kata seorang jurubicara militer.

"Sandera Inggris itu telah dibebaskan dan ia kini bersama pihak berwenang pemerintah di Port Harcourt," kata Kolonel Rabe Abubakar, jurubicara satuan tugas militer di Delta Niger.

Ia belum bisa memberikan nama warga Inggris tersebut.

Kelompok militan Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) menyatakan sebelumnya Minggu, mereka akan membebaskan warga Inggris Robin Barry Hughes karena faktor kesehatan dan usianya. Port Harcourt terletak di Negara Bagian Rivers di kawasan Delta Niger di Nigeria tenggara.

Hughes dan warga Inggris lain, Matthew John Maguire, diculik sejak 9 September, dan itu merupakan penahanan sangat lama bagi sandera asing di Nigeria, negara berpenduduk paling padat di Afrika.

Pada Februari MEND mengatakan bahwa salah satu dari kedua warga Inggris itu "sangat sakit" namun mereka tidak menyebutkan namanya.

MEND mengatakan, Minggu, Hughes akan dikembalikan kepada perusahaan tempat kerjanya, Hydrodive yang berkantor di Lagos yang melayani jasa kelautan dan penyelaman bagi sektor perminyakan. Mereka menyatakan bahwa tidak ada uang tebusan yang dibayar bagi pembebasan tersebut.

Kedua warga Inggris itu termasuk diantara lebih dari 20 orang yang diculik ketika kapal pemasok minyak mereka dibajak pada September.

Delta Niger, sebuah kawasan industri gas dan minyak terbesar Afrika, dilanda serangan-serangan bom terhadap pipa saluran minyak dan penculikan pekerja minyak.

Kelompok MEND mengakhiri gencatan senjata pada 31 Januari setelah serangan militer terhadap salah satu kamp mereka di Delta Niger, dan memperingatkan mengenai serangan besar-besaran terhadap industri minyak.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kali mengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militer Nigeria.

Kekerasan melanda negara Afrika tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini.

Keadaan tidak aman di Delta Niger, daerah penghasil minyak Nigeria, telah membuat produksi minyak Nigeria berkurang hingga seperlima sejak awal 2006.

Pada pertengahan Oktober, sejumlah orang bersenjata yang menggunakan perahu-perahu motor cepat menyerang kapal-kapal angkatan laut yang menjaga sejumlah terminal utama ekspor gas alam cair dan minyak mentah di Pulau Bonny.

Pasukan berhasil memukul mundur kelompok penyerang itu dan membunuh beberapa orang bersenjata setelah dua kapal cepat mereka ditenggelamkan, kata militer.

Keamanan di Delta Niger memburuk secara dramatis pada awal 2006 ketika militan, yang menyatakan berjuang untuk mencapai kendali lokal lebih besar atas kekayaan minyak di wilayah yang berpenduduk miskin itu, mulai meledakkan pipa-pipa minyak dan menculik pekerja asing.

Kelompok gerilya MEND pada 14 Januari mengancam akan mengakhiri gencatan senjata dengan menyerang militer setelah seorang pemimpin geng tewas dibunuh oleh pasukan sehari sebelumnya.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada 21 September tahun lalu setelah serangan-serangan sepekan terhadap fasilitas industri minyak setelah peluncuran "perang minyak" yang dimaksudkan untuk membalas serangan militer terhadap posisi-posisi mereka.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009