Jakarta (ANTARA News) - Presiden Islamic Development Bank (IDB) Dr. Ahmed Mohammed Ali mempunyai harapan besar kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI) saat menerima kunjungan Ketua Umum Badan Pelaksana BWI Prof. Dr. KH. Tholhah Hasan dan rombongan.     

"Kalau melihat potensi yang ada, Badan Wakaf Indonesia seharusnya bisa jadi pusat gerakan wakaf di Asia Tenggara," katanya seperti disampaikan Kepala Divisi Humas Badan Wakaf Indonesia Prof Dr. Masykuri Abdillah di Jakarta, Selasa.

Pengurus BWI yang berkunjung ke markas IDB di Jeddah, Arab Saudi, beberapa waktu lalu antara lain Ketua Dewan Pertimbangan Dr. Anwar Ibrahim, Ketua BWI Edwin Nasution, Ph.D., dan Wakil Sekretaris HM. Cholil Nafis, MA.

Menurut Masykuri, Presiden IDB juga terobsesi untuk mendirikan "Bank Wakaf" di negara-negara kawasan Asia Tenggara.     

Kunjungan kerja pengurus BWI menghasilkan beberapa kesepakatan antara BWI dengan Badan Wakaf IDB. Selain bidang perwakafan, ditandatangani juga kesepakatan untuk mengadakan seminar internasional tentang perwakafan di Indonesia.     

Kedua pihak juga sepakat untuk melakukan investasi wakaf sebagai percontohan wakaf produktif di Indonesia. 
   
Atas adanya beberapa peluang kerjasama itu, Tholhah menyambut dengan tangan terbuka.     

"Kita akan segera tindak lanjuti dalam waktu dekat," katanya.     

Ia juga menyadari harapan besar Muhammed Ali bahwa perwakafan di Indonesia seharusnya bisa jauh lebih maju dari kondisi sekarang ini.     

Beasiswa Wakaf   
    

Di tengah kajian perwakafan di Indonesia yang sepi peminat, Kuwait Auqaf Publik Foundation (KAPF) menawarkan beasiswa bagi pelajar Indonesia untuk menimba ilmu tentang perwakafan di Kuwait.     

Hal ini disampaikan perwakilan KAPF saat menerima kunjungan kerja pengurus BWI di Kuwait beberapa waktu lalu.     

Di samping itu, KAPF juga bersedia bekerja sama dengan BWI dalam pengembangan wakaf produktif.     

Di negara yang terletak di pantai Teluk Arab ini, tim BWI juga bertamu ke Jam'iyah Ihya al-Turats (JIT). Badan wakaf yang dikelola oleh swasta ini juga siap menyokong program wakaf produktif BWI, khususnya di bidang pertanian.     

"Di banding bidang lain, JIT lebih tertarik pada pengembangan tanah wakaf yang dapat diproduktifkan sebagai lahan pertanian," terang Ketua BWI Prof. Dr. KH. Tholhah Hasan.     

KAPF dan JIT, katanya, juga siap memberikan pelatihan manajeman wakaf berbasis teknologi kepada para pengelola wakaf di Indonesia yang berminat.     

Dalam kunjungan kerja ke Timur Tengah, pengurus BWI juga singgah di Badan Wakaf Qatar (BWQ).     

Meski baru berusia tiga tahun, BWQ terbilang mapan. Setidaknya ini terlihat dari gedung sekretariat yang megah, manajemen yang berbasis IT, aset wakaf produktif yang menggunung.     

Secara kelembagaaan, status BWQ sama dengan BWI, yaitu lembaga independen yang dibentuk pemerintah untuk mengelola perwakafan. Sebelumnya, urusan wakaf di Qatar ditangani penuh oleh kementerian.     

Menurut wakil sekretaris BWI HM. Cholil Nafis, MA., BWQ siap bekerja sama dengan BWI untuk memajukan perwakafan di Indonesia.     

Selain untuk kerjasama dalam pengembangan aset wakaf secara produktif, BWQ juga siap melatih SDM pengelola wakaf dengan manajemen berbasis IT (informasi dan teknologi). (*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009