Kairo, (ANTARA News) - Mesir, pada Kamis membantah negara itu telah mengundang Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman, yang berhaluan ultranasionalis, guna mengadakan pembicaraan, sebagai tanda bahwa pernyataan yang telah dikeluarkan tokoh "Hawkish" tersebut pada masa lalu masih membuat keruh hubungan mereka.

Satu sumber politik Israel telah mengatakan Kepala Dinas Intelijen Mesir Omar Suleiman "menyampaikan undangan kepada Lieberman selama pertemuan 30 menit mereka pada Rabu di Israel".

"Berita ini tak berisi kebenaran, dan kepala intelijen Mesir menyampaikan undangan hanya kepada kepala pemerintah Israel untuk datang ke Mesir pada satu waktu yang akan disepakati segera," kata jurubicara Kementerian Luar Negeri Mesir Hossam Zaki.

Presiden Mesir Hosni Mubarak juga mengatakan kepada stasiun televisi bahwa Lieberman takkan menyertai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam kunjungan tersebut, yang diperkirakan berlangsung pada Mei, tapi tak mengatakan bahwa Lieberman tak diterima.

Lieberman memimpin partai Yiraes Beitenu, yang berhaluan ultranasionalis, dan pengangkatannya sebagai diplomat senior di negara Yahudi berdasarkan kesepakatan koalisi dengan Netanyahu merupakan penghinaan bagi Mesir, negara Arab pertama yang mencapai perdamaian dengan Israel.

Sebagai politikus pendatang baru, Lieberman menyarankan Bendungan Aswan di Mesir mungkin dibom, seandainya negara Arab Afrika itu terlibat perang lagi dengan Israel.

Ia juga menyulut kontroversi tahun lalu, ketika, sebagai anggota parlemen oposisi, ia mengatakan Mubarak dapat "pergi ke neraka" kalau Presiden Mesir tersebut tak mau lebih sering mengunjungi Israel. Mubarak telah pergi ke Israel satu kali selama 27 tahun memangku jabatan, bagi pemakaman perdana menteri terbunuh Israel Yitzhak Rabin pada 1995.

Kementerian Luar Negeri Israel telah menyatakan pertemuan Rabu di Israel antara Lieberman dan Suleiman, perunding penting dengan HAMAS, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Jalur Gaza, telah "menjadi pertemuan penting dan konstruktif".

Mubarak, dalam komentar yang disampaikan pada peringatan kembalinya semenanjung Sinai kepada Mesir menyusul kesepakatan perdamaian 1979 dengan Israel, menyebut preseden sebagai alasan mengapa Lieberman takkan berkunjung ke Mesir bersama Netanyahu.

"Beberapa orang telah mengatakan perdana menteri Israel akan disertai oleh menteri luar negeri. Ini tak terjadi sebelumnya dengan perdana menteri terdahulu Shimon Peres, Yitzhak Rabin dan Ehud Barak. Mereka semua datang sendirian," kata Mubarak.

Para pemimpin Israel biasa pergi ke Mesir. Netanyahu, yang memangku jabatan bulan Maret, direncanakan pergi dalam waktu dekat sebagai bagian dari upaya memulai kembali pembicaraan pertukaran tahanan dengan HAMAS, yang telah menahan seorang prajurit Israel selama tiga tahun.

Mesir, seperti Israel, berbatasan dengan Jalur Gaza dan telah terlibat dalam blokade pimpinan Israel dengan tujuan menekan HAMAS agar memperlunak penentangannya terhadap pembicaraan perdamaian yang dipelopori oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Kairo juga telah berusaha menengahi pendekatan timbal-balik antara HAMAS dan faksi sekuler Abbas, Fatah.

Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit pekan lalu mengatakan Kairo takkan berhubungan dengan Lieberman dan juga takkan mengundang dia berkunjung "selama sikapnya tetap tak berubah".

Zaki, dari Kementerian Luar Negeri Mesir, menambahkan sebagian orang di Israel tampaknya berusaha meremehkan keberatan Mesir atas sikap Lieberman, seperti dikutip dari Reuters.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009