Makassar (ANTARA News) - Pemerintah meningkatkan kewaspadaan fasilitas kesehatan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk mengantisipasi penyebaran virus influensa babi, yang sejak Maret merebak di Mexico dan Amerika Serikat.

"KKP diminta meningkatkan kewaspadaan, untuk itu sudah dikirim surat edaran yang kedua ke seluruh KKP," kata Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama di sela simulasi penanganan pandemi influensa di Pelabuhan Laut Makassar Soekarno Hatta, Makassar, Minggu.

Peningkatan kewaspadaan terhadap penularan virus influensa babi sub tipe H1N1 tersebut dilakukan menyusul pernyataan Direktur Jendral WHO Margaret Chan, yang menetapkan kejadian flu babi sebagai kedaruratan kesehatan publik yang butuh perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHIC) berdasarkan masukan Emergency Committe.

Kendati demikian, kata Tjandra, pemerintah belum mengeluarkan peringatan atau larangan perjalanan bagi warga negara Indonesia dan atau penduduk dari negara tertentu.

"WHO belum merekomendasikan tindakan spesifik yang mesti dilakukan, termasuk soal peringatan perjalanan dan larangan perjalanan. Kita bisa menunggu rekomendasi itu, bisa juga tidak, kita lihat dulu perkembangannya," jelasnya.

Meski demikian, ia melanjutkan, pemerintah memperketat pengawasan perpindahan orang di pelabuhan dengan menempatkan dan mengoperasikan alat pemindai suhu tubuh (thermoscanner) untuk menjaring penumpang yang dicurigai menderita demam di KKP-KKP besar.

Pada Sabtu (25/4), Direktur Jendral WHO Margaret Chan melakukan pertemuan dengan Komite Darurat untuk merespon kejadian influensa babi akibat virus influensa tipe A subtipe H1N1 di Mexico dan Amerika Serikat.

Hasil kajian menunjukkan masih adanya gambaran klinis, epidemiologis dan virologi dengan respons yang sudah dilakukan.

Komite masih membutuhkan jawaban atas sejumlah pertanyaan sebelum memutuskan tindak lanjut yang diperlukan namun mereka sepakat menetapkan kejadian itu sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang membutuhkan perhatian internasional.

Direktur Jendral WHO sepakat dengan hal itu dan meminta negara anggotanya meningkatkan pengawasan terhadap kasus serupa influensa (Influenza-Like Illness/ILI) dan pneumonia berat.

Tjandra menjelaskan bahwa penyakit yang disebabkan oleh Swine Influenza Virus (SIV) tersebut hingga kini belum dilaporkan terjadi di Indonesia.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini dilaporkan telah terjadi delapan kasus flu babi pada manusia di Amerika Serikat yang dikonfirmasi positif dengan pemeriksaan laboratorium.

Sementara di Mexico dilaporkan terdapat 878 orang yang diduga terinfeksi dengan lebih dari 60 kematian.

WHO segera merespon kejadian itu karena kasus tersebut dikhawatirkan berpotensi menimbulkan pandemi influensa.

Menurut Tjandra, hingga saat ini diketahui ada dua strain virus influensa sub tipe H1N1, yakni H1N1 pada manusia dan H1N1 pada babi.

"Nah, virus H1N1 yang merebak di Mexico ini berbeda strainnya dengan H1N1 pada manusia atau babi," katanya.

Gejala penyakit flu babi pada manusia di Mexico yang diduga disebabkan oleh strain baru virus H1N1 tersebut mirip influensa biasa yakni demam, batuk, pilek, mual dan diare. Kematian akibat penyakit itu biasanya terjadi karena gangguan paru atau pneumonia.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009