Denpasar (ANTARA News) - Pengelola Bandara Ngurah Rai, Bali mengantisipasi penyebaran virus Flu Babi dari penumpang asal luar negeri dengan memanfaatkan alat yang sudah dipasang untuk mendeteksi orang yang diduga menderita Flu Singapura.

"Saat ini kami memanfaatkan alat pendeteksi untuk penumpang yang diduga terjangkit Flu Singapura. Alat itu dioperasikan oleh kantor kesehatan pelabuhan," kata Manajer Personalia dan Umum PT Persero Angkasa Pura I, Alex Pudjianto di Denpasar, Senin.

Ia mengemukakan, pihaknya belum melakukan pemantauan terhadap hewan, khsusunya babi yang diduga membawa virus influenza A subtipe H1N1 tersebut. Hingga kini, masih sebatas memantau pada manusia yang diduga terjangkit virus itu.

"Untuk antisipasi lewat lalulintas hewan, itu merupakan kewenangan dari balai karantina dan sampai sekarang di Bandara Ngurah Rai sepertinya belum ada ketentuan untuk mengantisipasi hewan yang masuk itu," katanya.

Ditanya mengenai kemungkinan masuknya daging babi dari luar negeri, Alex mengatakan, selama ini kebutuhan di Bali masih lebih banyak dipasok dari peternak di Pulau Dewata sendiri.

"Kemungkinan pihak-pihak yang berwenang mengawasi masuknya babi atau daging babi ke Bali ini masih menunggu kebijakan dari Departemen Kesehatan," ujarnya.

Sementara alat pendeteksi penumpang luar negeri yang diduga terserang virus Flu Singapura itu dipasang di Bandara Ngurah Rai sejak sejak 20 April lalu di tempat kedatangan internasional.

Ia menjelaskan di lokasi itu dipasang dua alat pendeteksi. Hasil deteksi dari alat monitor pertama akan dicocokkan dengan hasil monitor berikutnya.

"Jika di kedua alat itu seorang penumpang dari luar negeri memiliki suhu 38,5 derajat celcius atau lebih maka akan langsung ditangani lebih intensif di luar bandara. Penumpang itu bisa dibawa ke rumah sakit khusus atau lainnya," katanya.

Ia mengemukakan alat itu bukan hanya untuk memonitor penumpang dari Singapura, melainkan semua penumpang yang datang dari luar negeri. Hal itu dilakukan karena banyak penerbangan dari luar negeri yang transit di Singapura.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009