Jakarta, (ANTARA News) - Pemerintah mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik setelah mencerna berbagai informasi mengenai penyebaran penyakit flu babi (swine influenza) pada manusia yang banyak muncul setelah kasus tersebut merebak dan menimbulkan kematian di beberapa negara Amerika Utara.

"Di sana penyakit influenza akibat infeksi virus H1N1 itu terjadi saat musim gugur dan dingin, saat panas dia tidak bisa hidup. Di sini hampir panas terus, jadi mudah-mudahan tidak muncul. Di negara lain di Asia juga belum ada," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari usai menghadiri rapat koordinasi soal antisipasi penyebaran flu babi di Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jakarta, Senin.

Selain itu, dia menjelaskan, tingkat kematian (case fatality rate/CFR) akibat penyakit itu hanya sekitar 6,4 persen, jauh lebih kecil dibanding tingkat kematian akibat flu burung yang hingga kini masih lebih dari 80 persen.

Ia menjelaskan pula bahwa meski kasus itu belum dilaporkan terjadi di Indonesia namun pemerintah sudah memiliki kapasitas memadai untuk mengantisipasi penyebaran virus influenza karena sejak penyakit flu burung merebak pada 2005 berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi kejadian luar biasa influenza.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie menambahkan, pemerintah sudah menyiapkan berbagai fasilitas pendukung termasuk Puskesmas, rumah sakit dan laboratorium pemeriksaan, membentuk jaringan surveilans penyakit influenza, membentuk jejaring komunikasi antar pihak terkait, serta memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan dan relawan.

"Kita juga termasuk maju dalam penanganan flu burung dan beberapa kali sudah melakukan simulasi mengenai itu. Kemampuan ini juga bisa digunakan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit lain termasuk flu babi ini," kata Aburizal.

Pemerintah, kata Menteri Kesehatan, juga masih memiliki cukup stok obat antivirus oseltamivir yang efektif untuk pengobatan flu burung dan penyakit influenza babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H1N1.

Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Departemen Kesehatan Rita Kusriastuti saat ini pemerintah memiliki sekitar lima juta dosis oseltamivir dimana tiga juta diantaranya dibeli dengan dana APBN dan sisanya diperoleh dari bantuan internasional.

Pemerintah, kata dia, juga bisa meminta tambahan sediaan oseltamivir dari stok obat yang disediakan WHO untuk kawasan Asia yang disimpan di Singapura.

"Jadi kita tidak perlu terlalu takut dan khawatir, hanya harus tetap waspada karena tahun 1918 virus H1N1 pernah menyebabkan wabah influensa yang mengakibatkan puluhan juta orang meninggal dunia di Spanyol," jelas Menteri Kesehatan.

Ia menjelaskan, masyarakat bisa mencegah penularan penyakit tersebut dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, misalnya dengan mencuci tangan sebelum makan serta setelah buang air dan melakukan kontak dengan binatang.

Sebelumnya, menyusul merebaknya kasus flu babi di Amerika Utara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kejadian flu babi sebagai kedaruratan kesehatan publik yang butuh perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHIC) berdasarkan masukan Emergency Committee.

Direktur Jendral WHO Margaret Chan meminta negara-negara anggota WHO untuk meningkatkan pengawasan terhadap kasus serupa influensa (Influenza-Like Illness/ILI) dan pneumonia berat.

Menurut data WHO, hingga 26 April 2009 pemerintah Amerika Serikat 20 kasus flu babi pada manusia yang dikonfirmasi positif dengan pemeriksaan laboratorium sebagai kasus penularan influensa babi tipe A/H1N1 yakni delapan di New York, tujuh di Kalifornia, dua di Texas, dua di Kansas dan satu di Ohio namun belum ada yang dilaporkan mengakibatkan kematian.

Sementara di Mexico lebih dari seribu orang diduga terserang influensa babi dan lebih dari 60 orang meninggal dunia namun baru 18 diantaranya yang dikonfirmasi positif terinfeksi virus influensa tipe A/H1N1 menurut pemeriksaan laboratorium.

Menurut Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, hingga saat ini diketahui ada strain virus influensa tipe A sub tipe H1N1 yang menyerang manusia dan babi.

"H1N1 menyebabkan influensa biasa. Tapi karena virus H1N1 yang merebak di Mexico ini berbeda strainnya dengan H1N1 pada manusia atau babi, dan diduga sudah bermutasi serta bisa menular dengan cepat dari manusia ke manusia maka kasusnya segera direspon," katanya.

Gejala penyakit flu babi pada manusia di Mexico yang diduga disebabkan oleh strain baru virus H1N1 tersebut mirip influensa biasa yakni demam, batuk, pilek, mual dan diare. Kematian akibat penyakit itu biasanya terjadi karena gangguan paru atau pneumonia.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009