Kolombo (ANTARA News/AFP) - Sri Lanka hari Senin menolak seruan Kanada bagi gencatan senjata dalam operasi militer terhadap gerilyawan Macan Tamil yang terkepung di wilayah timurlaut negara itu, kata kementerian luar negeri.

Menteri Luar Negeri Sri Lanka Rohitha Bogollagama mengatakan kepada Menteri Kerja Sama Internasional Kanada Beverly Oda yang sedang berkunjung bahwa gencatan senjata sepihak sebelumnya yang dilakukan pemerintah bulan lalu berakhir dalam kegagalan.

"Menanggapi seruan gencatan senjata oleh menteri Kanada, menteri luar negeri mengingatkan bahwa jeda kemanusiaan sepihak yang terakhir... merupakan kegagalan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Oda tidak pergi keluar dari ibukota Sri Lanka, Kolombo, untuk mengunjungi kamp-kamp warga sipil yang berhasil menyelamatkan diri dari pertempuran di wilayah utara negara itu. Ia bertemu dengan Presiden Mahinda Rajapakse sebelum meninggalkan pulau itu pada Senin malam.

Seruan gencatan senjata menteri Kanada itu disampaikan setelah pemerintah menolak desakan serupa dari menteri-menteri luar negeri Perancis dan Inggris yang mengunjungi Sri Lanka pekan lalu demi keselamatan warga sipil yang terperangkap di zona konflik.

Sri Lanka yakin bahwa mereka berada di ambang kemenangan perang atas Macan Tamil setelah pertempuran 37 tahun dan menolak seruan-seruan internasional, termasuk negara-negara yang tergabung dalam G8 dan PBB, untuk menghentikan perang.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang tampaknya hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dan menuduh pasukan pemerintah membunuh 1.000 warga sipil dalam beberapa hari terakhir ini.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.

Sejumlah analis mengatakan bahwa Macan Tamil semakin mendekati kekalahan dan perang akan segera berakhir.

Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembali Kilinochchi, yang diklaim Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) sebagai ibukota mereka, dan mengusir pemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009