Jakarta (ANTARA) - Abbott Laboratories mengklaim mampu membuat perangkat tes cepat (rapid test) yang bisa mendeteksi seseorang positif virus corona kurang dari lima menit dan negatif virus corona dalam waktu sekira 13 menit.

Perusahaan berbasis di Illinois itu ditunjuk Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada 27 Maret lalu untuk membuat rapid test yang bisa digunakan oleh para dokter, rumah sakit kecil dan pusat perawatan darurat tanpa dites di laboratorium.

Perangkat uji bernama ID NOW, ukurannya sebesar alat pemanggang roti dan saat ini banyak digunakan untuk mengetes flu dan Respiratory Syncytial Virus (RSV).

Baca juga: Tenaga medis Italia dibantu robot "Tommy" rawat pasien COVID-19

Baca juga: Unair dan ITS kolaborasi kembangkan robot pelayan bagi pasien COVID-19


Dibutuhkan cartridge seharga 40 dolar AS seukuran cartridge printer.

Cara kerja perangkat tersebut menggunakan bahan kimia untuk menghancurkan kulit luar virus sehingga ia mengeluarkan bahan genetiknya, dalam bentuk RNA.

Reaksi kimia kemudian mengamplifikasi materi genetik tersebut sehingga probe molekuler khusus dalam larutan uji dapat mengambil bahkan sejumlah kecil virus.

Di situlah perbedaan rapid test ID NOW dengan yang digunakan saat ini. Dengan teknologi tradisional, proses amplifikasi tersebut membutuhkan siklus suhu reaksi kimia yang berulang-ulang dari rendah ke sedang hingga tinggi dan kembali turun lagi.

Perangkat ID NOW dapat melakukan ekspansi genetik pada suhu konstan, yang berarti dapat mengeluarkan hasil lebih cepat.

Jadi mengapa tidak semua tes COVID-19 menggunakan teknologi yang lebih cepat? Satu alasan berkaitan dengan volume; tes genetik tradisional dapat memproses ratusan atau bahkan ribuan tes sehari; sistem ID NOW hanya dapat bisa mengetes sekitar empat sampel per jam.

Baca juga: Rumah sakit Thailand pakai "robot ninja" tangani pasien corona

Baca juga: Belgia punya robot yang membuat lansia tidak kesepian selama corona

Baca juga: Siswa Taiwan lawan virus corona dengan robot disinfektan

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020