Herat, Afghanistan (ANTARA News) - Rakyat Afghanistan yang marah meneriakkan `mati Amerika` dan melemparkan batu-batu ke arah kantor-kantor pemerintah Kamis, untuk memprotes pembunuhan penduduk sipil yang dilakukan dalam serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat (AS), kata para saksi mata.

Tembakan-tembakan juga dilepaskan ke udara saat protes berlangsung, sedangkan seorang demonstran mengatakan, protes di kota barat Farah itu menghimpun kekuatan dan mengancam terjadinya kembali kekerasan.

Militer AS dan tim-tim Afghanistan Kamis didesak untuk melakukan penyelidikan terhadap bagaimana banyak korban sipil bisa terjadi, dan sejumlah gerilyawan tewas dalam pertempuran, serta serangan-serangan udara yang terjadi awal pekan ini. Mereka menganggap serangan banyak menelan korban jiwa itu merupakan salah satu insiden yang paling banyak menelan korban selama delapan tahun belakangan ini.

Polisi Afghanistan mengatakan, lebih dari 100 orang tewas, sebagian besar adalah penduduk sipil.

Seorang pejabat Afghanistan mengatakan, dia telah menyaksikan 20 jenazah anak-anak.

"Protes berlangsung membesar dan semakin besar," kata seorang peserta demonstrasi yang hanya menyebutkan namanya Abdullah, kepada AFP.

"Orang-orang benar-benar sangat marah dan mereka meneriakkan `mati Amerika, mati para penyerang.`

"Mereka melemparkan batu-batu ke arah gedung-gedung pemerintah, dan ada beberapa tembakan ke udara - kami tak tahu siapa yang melakukan."

Haji Nangyalai, 42 tahun, mengatakan, aksi-aksi protes itu `menunjukkan amarah terhadap tindak kejahatan yang dilakukan pasukan Amerika.`

"Mereka telah membunuh orang-orang kami yang tidak bersalah, orang-orang kami yang tak dilindungi, karena itu mengapa mereka melakukan aksi protes," ujarnya.

Polisi memantau aksi protes tersebut, kata kepala kepolisian provinsi Abdul Ghafar Watandar kepada AFP.

Suatu delegasi tentara asing dan para pejabat pemerintah Afghanistan bertolak menuju Bala Buluk, sekitar 50 kilometer di utara ibukota provinsi, pada pagi ini untuk melanjutkan investigasi, katanya.

Juru bicara polisi untuk Afghanistan barat, Abdul Rauf Ahmadi, mengatakan kepada AFP Rabu, bahwa menurut informasi yang diterimanya, lebih dari 100 orang tewas dalam serangan-serangan udara dan operasi-operasi darat.

Sebanyak 25 sampai 30 pejuang Taliban dan lainnya penduduk sipil, termasuk anak-anak, wanita dan orang tua, katanya.

Pembunuhan terhadap penduduk sipil dalam pertempuran melawan kaum garis keras di Afghanistan menjadi sumber utama ketegangan antara Kabul dan Washington. Padahal negara yang riskan keamanannya ini tergantung pada bantuan keamanan AS.

AS telah mengirimkan sekitar 38.000 tentaranya ke Afghanistan. Sekitar 70.000 tentara asing ditempatkan di negara itu dengan tugas membasmi kaum ekstrimis bersenjata dan menstabilkan keamanan negara itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009