Beijing (ANTARA News) - China menyatakan keberatan dan menolak tuduhan Jepang mengenai kegiatan nuklir negara tersebut.

"Kami tidak bisa memahami secara pasti apa manfaat pemimpin Jepang mengenai isu aktivitas nuklir China," kata ," kata juru bicara Kementrian Luar Negeri China Ma Zhaoxu dalam keterangan pers berkala di Beijing, Kamis.

Dia mengatakan, "kebijakan nuklir yang diambil oleh China selama ini sangat transparan dan posisi China mengenai pelucutan nuklir adalah jelas seluruhnya."

Hal tersebut dikemukakan menanggapi pernyataan PM Jepang Taro Aso ketika baru-baru ini berkunjung ke Jerman mengenai kebijakan nuklir China.

Dalam pernyataannya Aso menyatakan bahwa aktivitas di China serta Korea Utara merupakan bentuk ancaman keamanan di wilayah Asia.

Hubungan China dan Jepang "sempat memanas" ketika sebelumnya China telah mengajukan keberatan kepada Jepang mengenai komentar-komentar yang dilontarkan seorang diplomat tinggi Jepang, bahwa status politik Taiwan berada di awang-awang.

Kejadian ini menguji hubungan-hubungan mereka yang masih dibayang-bayangi carut-marut Perang Dunia II.

Para aktivis Taiwan berunjuk rasa di depan kedutaan Jepang de facto di Taipei Senin, tiga hari setelah utusan tinggi Jepang Saito Masaki mengatakan dalam suatu forum universitas, bahwa status pulau itu `tidak ada ketetapannya`. Pernyataan ini membuat marah pemerintah Taiwan.

China memandang pemerintah Taiwan sebagai provinsinya yang pecah, yang akan bersatu kembali dengan China daratan, dan dengan kekuatan bila perlu. Hal ini tercakup dalam kebijakan `satu China.`

Taiwan, yang menyebut dirinya sebagai `Republik China`, menganggap dirinya berkedaulatan atas wilayahnya.

Mengenai pernyataan ini, Mao Zhaoxu sebelumnya mengatakan "Kami menyatakan ketidak puasan kami terhadap komentar-komentar itu.

Hubungan antara China dan Jepang sering kali diuji berkaitan tuntutan keras Beijing, bahwa Tokyo tak pernah dengan layak meminta maaf untuk kebrutalan pada masa pendudukannya terhadap sebagian besar wilayah China pada Perang Dunia II.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009