Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan hingga saat ini Indonesia masih bebas dari penularan penyakit influenza A (H1N1) atau yang sebelumnya disebut flu babi.

"Pemeriksaan spesimen yang diambil dari tiga orang yang sebelumnya diduga terinfeksi virus influenza A (H1N1) hasilnya negatif," katanya di Jakarta, Sabtu.

Sebelumnya seorang TKI dari Jawa Timur yang baru tiba dari Taiwan, seorang jurnalis asal China yang meliput pertemuan tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB) di Bali dan ekspatriat asal Australia diduga terinfeksi virus influenza A (H1N1).

"Kondisi ketiganya sekarang sudah baik. WNA dari Australia yang dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso keadaannya juga sudah membaik, sudah diperbolehkan pulang," katanya.

Pemerintah, kata dia, terus memantau dan mewaspadai penularan penyakit tersebut dengan menyiapkan infrastruktur sarana pelayanan kesehatan, obat dan tenaga kesehatan.

"Kita siap dengan berbagai upaya antisipasi dan rencana kesiagaan menghadapi pandemi. Status kejadian luar biasa H5N1 sampai sekarang belum dicabut sehingga semua fasilitas tetap siaga," katanya.

Dia menjelaskan, dalam hal ini pemerintah telah memperkuat kapasitas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk memantau mobilisasi penduduk dari luar ke dalam negeri dan melakukan deteksi dini penyakit influenza.

Menurut dia, saat ini terdapat 80 KKP dan 25 di antaranya merupakan KKP yang dilalui penerbangan internasional.

Pada KKP yang dilalui penerbangan internasional, pemerintah memasang alat pemindai suhu (thermal detector), memberlakukan kartu waspada kesehatan (health allert card) bagi warga negara asing yang masuk serta menyiapkan klinik, tenaga kesehatan, ruang isolasi, alat perlindungan diri dan obat.

Pemerintah juga menyiagakan kembali 100 rumah sakit yang sebelumnya dijadikan rujukan penanganan kasus flu burung serta laboratorium-laboratorium pemeriksaan spesimen.

"Surveilans epidemiologi juga ditingkatkan dengan menambah sentinel pelacakan kasus ILI (Influenza-like Illness atau kesakitan serupa influenza-red) di 25 Puskesmas," katanya.

Di samping itu, pemerintah melakukan komunikasi untuk menyebarluaskan informasi tentang penyakit influenza baru tersebut supaya masyarakat tahu dan meresponnya dengan tepat tanpa kepanikan.

Pemerintah juga mendapatkan tambahan bantuan stok obat antiretroviral oseltamivir untuk penanganan kasus influenza A (H1N1) dari WHO. Total bantuan obat yang diberikan sebanyak 250 ribu dosis atau 2,5 juta kapsul.

Menurut data WHO, hingga 8 Mei 2009, sebanyak 25 negara secara resmi melaporkan 2.500 kasus infeksi virus influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi.

Meksiko telah melaporkan 1.204 kasus influenza A (H1N1) pada manusia yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium dengan 44 kematian sementara Amerika Serikat melaporkan 896 kasus infeksi terkonfirmasi laboratorium dengan dua kematian.

Kasus infeksi serupa tanpa kematian juga ditemukan di negara lain yakni Austria (1), Brazil (4), Kanada (214), China, Hong Kong (1), Colombia (1), Costa Rica (1), Denmark (1), El Salvador (2), Perancis (12), Jerman (11), Guatemala (1), Irlandia (1), Israel (7), Italia (6), Belanda (3), Selandia Baru (5), Polandia (1), Portugal (1), Republik Korea (3), Spanyol (88), Swedia (1), Swiss (1) dan Inggris (34).

Penyebaran penyakit tersebut telah membuat WHO menaikkan status kewaspadaan pandemi influenza dari fase tiga ke fase empat dan terakhir ke fase lima.

WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan terkait penyebaran penyakit tersebut dan hanya menyarankan individu yang terserang flu tidak melakukan perjalanan dan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009