Amman, (ANTARA News) - Pemimpin umat Katolik sedunia Paus Benediktus XVI hari Senin memulai lawatannya ke Timur Tengah, dengan kunjungan ke Israel dan wilayah Palestina.

Ia meninggalkan Jordania setelah tiga hari yang mana ia menekankan keinginannya untuk menyambut hangat hubungan antara umat Kristen dan Muslim serta untuk berupaya menghapuskan kebencian atas kuliah pada 2006 yang ia buat yang umat Islam lihat sebagai serangan, demikian dikutip dari Reuters.

Setelah diantar oleh Raja Jordania Abdullah, maka kemudian Benedictus, 82, melakukan penerbangan selama 30 menit dari Amman ke Tel Aviv dan ia disambut baik oleh Presiden Shimon Perez dan PM Benyamin Netanyahu.

Selama lima hari berada di Israel dan wilayah Palestina, ia diperkirakan akan mengulangi tawarannya pada Gereja Katolik untuk melakukan semua semampunya untuk membantu proses damai (Timur Tengah) yang macet.

Di antara kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat yang disucikan yang berkaitan dengan kehidupan Jesus, ia juga akan mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Israel, pemimpin Palestina dan Yahudi serta para pemimpin agama Islam.

Vatikan mendukung penyelesaian dua negara atas konflik Israel-Palestina.

Sejak dilantik sebagai pemimpin baru pemerintah Israel yang condong ke kanan pada 31 Maret, Netanyahu tidak pernah secara khusus membicarakan pembentukan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, prioritas AS dan Arab.

Apa saja yang Paus katakan mengenai masalah itu akan bergema di sekeliling kawasan itu, khususnya ketika ia mengunjungi sebuah kamp pengungsi Palestina di Bathlehem di Tepi Barat yang diduduki. Di Bethlehem, ia akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Pada Senin siang , Paus akan mengunjungi tanda peringatan bagi korban holokus di Yad Vashem di Jerusalem.

Dalam 25 tahun sejak Konsili  Vatikan Kedua tidak mengakui konsep dosa kolektif Yahudi atas kematian Kristus, hubungan Katolik dan Yahudi telah dibayangi oleh holokus dan masalah apa yang gereja lakukan, atau gagal lakukan mengenai hal itu.

Mereka telah melalui salah satu periode terburuk setelah Paus pada Januari mencabut pengucilan empat uskup tradisionalis, termasuk satu yang menolak holokus.

Vatikan mengatakan pihaknya tidak cukup tahu mengenai masa lalu para uskup itu dan kedua belah pihak sekarang mengharapkan masalah tersebut dapat ditutup dengan kunjungan ke Yad Vashem.

Kebanyakan pemimpin Yahudi sekarang menganggap episode itu untuk menenteramkan hati tapi beberapa pihak menginginkan paus untuk membuat penyangkalan tegas terhadap penolakan holokus dan menekankan bahwa tidak ada ruang bagi anti-Semitisme di gereja.

Polisi Israel mengatakan mereka akan melakukan operasi keamanan terbesar mereka dalam hampir satu dasawarsa sejak kunjungan Paus Johanes Paulus pada 2000.

Sekitar 30.000 polisi akan bertugas. Kemana pun ia melakukan perjalanan, Paus akan mengizinkan helikopter polisi untuk memantaunya dari atas.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009