Jakarta (ANTARA News) - Produsen vaksin dan serum milik pemerintah PT Bio Farma (Persero) pada tahun ini memproyeksikan pendapatan sebesar Rp950 miliar, meningkat dari Rp805 miliar pada 2008.

"Pendapatan lebih tinggi didorong peningkatan volume produksi vaksin," kata Direktur Utama Bio Farma Isa Mansyur, di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, pendapatan terutama didorong peningkatan permintaan ekspor vaksin seperti untuk folio, campak, tetanus, dan fertusis atau batung kering.

Menurut Isa, dari total produksi vaksin perusahaan sebanyak 60 persen untuk keperluan ekspor, sedangkan sisanya atau 40 persen untuk lokal.

Ia menjelaskan, pada tahun ini perusahaan menganggarkan belanja modal setidaknya Rp250 miliar untuk penelitian dan pengembangan vaksin.

Saat ini 10 produk vaksi Bio Farma meliputi Oral Folio, campak, Hepatitis B, Influenza, DTP-HB, TT, DT, DTP, BCG, dan Td.

Selain itu produk lainnya serum Anti Tetanus, Anti Difteri, Anti Bisa Ular, Anti Rabies, PPD RT23, Serum Golongan Darah, dan serum Diagnostik.

"Kualitas dan keunggulan yang dipadu dengan kreasi dan inovatif menjadikan Bio Farma diakui secara internasional sesuai dengan kualifikasi WHO," ujar Isa.

Ia menambahkan, perusahaan yang didirikan pada 1961 ini masuk dalam jajaran 23 perusahaan vaksin yang masuk prakualifikasi WHO, dari sekitar 200 perusahaan sejenis di dunia.

Pada tahun ini, Bio Farma memperoleh tugas dari pemerintah untuk mengembangkan vaksin flu burung (H5N1).

Untuk tugas tersebut Bio Farma mendapat kucuran dana pemerintah sebesar Rp700 miliar. Sedangkan belanja modal Bio Farma dari internal perusahaan dialokasikan sebanyak Rp250 miliar.

Sejalan dengan tugas itu, diutarakan Isa, perseroan menargetkan laba bersih pada 2009 sebesar Rp120 miliar, lebih kecil dari laba bersih 2008.

"Laba lebih kecil seiring krisis global, dimana negara pembeli vaksin melakukan negosiasi harga," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009