Jakarta, (ANTARA News) - Panggung retorika bukan pilihan bagi pemain sekelas Samuel Eto`o. Penyerang asal Kamerun yang kini bergabung bersama Barcelona menerima baptisan sebagai pemain tersubur di "Katedral" Primera La Liga dengan mengoleksi 28 gol. Air terkucur di dahinya, diterangi api nyala lilin surgawi.

Dengan membelakangi Diego Forlan dari Atletico Madrid (27 gol), David Villa (Valencia, 25 gol), Lionel Messi (Barcelona, 23 gol), striker berkostum sembilan ini mengukir prestasi dengan aksi bertuah gol, bukan menyandarkan diri kepada busa-busa kata. Ia memerankan episode teater mini-kata, meski menyasar kepada sarat makna.

Samuel Eto`o Fils yang lahir 10 Maret 1981 di Douala, mengemas 16 gol di ajang sepakbola Afrika. Kontan, ia dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak dalam perjalanan sejarah Piala Afrika. Produktivitas mencetak gol dapat dibaca sebagai monumen, karena mengingatkan publik akan sosok yang menyejarah.

Kalau guru meneguhkan seorang anak sebagai murid, kambing meneguhkan orang sebagai gembala, sawah meneguhkan seorang bapak atau ibu sebagai petani, maka Eto`o meneguhkan diri sebagai pemain "yang ada bagi publik global", utamanya bagi semesta bola. Otonomi Eto`o ada dalam jumlah gol, bukan jumlah kata-kata.

Episode Barcelona di kompetisi La Liga bukan tanpa kendala. Seandainya menangguk kemenangan atas Villarreal akhir pekan lalu, Barcelona terlahir sebagai kampiun Divisi Primera. Dewi Fortuna belum menjentikan keberuntungan dengan jarinya yang lentik, karena Villarreal memaksakan hasil imbang 3-3.

Masih ada harapan bagi Barcelona. Etape musim ini menyisakan tiga laga dan skuad asuhan Pep Guardiola ini masih unggul tujuh angka dari musuh bebuyutannya Real Madrid di tempat kedua. Satu kemenangan akan mengantar "El Barca" ke tahta Divisi Primera.

Bila menang atas Real Mallorca pada Minggu (17/5), maka Barcelona akan dikukuhkan sebagai penguasa Divisi Primera. Bahkan, jika Real Madrid gagal meraih tiga angka dari Villarreal, Sabtu (16/5), gelar juara akan resmi menjadi milik Barcelona.

"Menjuarai liga hanyalah soal waktu. Kami bisa menjadi juara bahkan sebelum kami bertanding lagi (melawan Mallorca)," kata Eto`o. Mengapa Eto`o begitu optimistis? Dia bicara dengan menggunakan bahasa hati, bukan bahasa kekuasaan.

Bahasa hati menampilkan energi keteguhan dan kehidupan bagi sesama. Bahasa kekuasaan mendemonstrasikan energi kematian bagi sesama (thanatos). Kehendak mencari kebenaran (will to truth) menjelma menjadi kehendak untuk kekuasaan (will to power). Di sini persis kritik menukik dari filsuf Nietzsche.

Ketika memasuki pekan pertama Mei 2009, para pembesar Manchester City dan Barcelona tengah berdiskusi mengenai kemungkinan transfer Eto`o. Jumlah kontraknya disebut-sebut mencapai 40 juta Poundsterling. Kocek The Citizens sedang tebal karena ditunjang dana raksasa dari Abu Dhabi United Group yang dibeking oleh Sheikh Mansour Bin Zayed Al Nahyan sejak September 2008.

"Saya ingin terus tampil sampai akhir kontrak. Tentu, kalau klub masih menghendaki. Saya bahagia dan tidak punya alasan untuk hengkang," kata Eto`o kepada stasiun Televisi Canal Catala. "Saya telah dan terus belajar mencintai Barcelona dengan hati beberapa tahun ini. Saya tak akan pernah menyakiti hati para pendukung Barca".

Apakah Pep Guardiola lantas menampik uluran hati Eto`o? Masih ada pelangi di langit Barca. Sejak bergabung bersama Real Madrid pada 1997, lapis-lapis langit Spanyol bukan baru baginya. Di akhir musim kompetisi, ia meninggalkan Real Madrid, kemudian mengukir nama dengan membukukan sebanyak 11 gol ketika tampil membela skuad Mallorca.

"Saya suka berada di Mallorca. Para pendukung menghargai saya. Kontrak saya sampai 2007," katanya. Dalam final melawan Recreativo de Huelva di ajang Copa del Rey 2003, ia mendonasikan dana sebanyak 30.000 Ero untuk mentraktir fans Mallorca. Hasilnya, Mallorca menang 3-0.

Memasuki musim panas 2004, ia menandatangani kontrak dengan Barca dengan nilai transfer 24 juta Ero. Sesudah Barcelona menyabet gelar La Liga 2004-2005, tim merayakan pesta kemenangan di Nou Camp. Entah dengan alasan apa dan mengapa, Eto`o merespons kegembiraan para fans dengan bersorak, "Madrid, cabron, saluda al campeon" - ungkapan bernada kasar: Madrid, haram jadah, hidup juara liga." Wah?

Alhasil, Federasi Sepakbola Spanyol mendenda Eto`o sebanyak 12.000 Ero atas komentarnya yang tidak senonoh itu, kemudian ia meminta maaf kepada Real Madrid.

Selama menapaki musim 2005-2006, Eto`o menyumbangkan enam gol bagi Barca. Bahkan ia terpilih sebagai Pemain Depan Terbaik UEFA. Yang menarik, ketika ia dianugerahi sebagai pemain terbaik Afrika pada tahun itu juga, ia berkata, "Saya persembahkan semuanya ini bagi anak-anak Afrika."

Pada 27 September 2006, ia mengalami cedera di lutut kanan ketika menjalani laga melawan Werder Bremen. Dokter tim merekomendasikan Eto`o absen selama dua sampai tiga bulan. Setelah menjalani operasi, ia berlatih lagi bersama Barca pada awal Januari 2007.

Di laga internasional, Eto`o tampil bersama timnas Kamerun dalam usia 14 tahun sejak 9 Maret 1996. Ia tercatat sebagai pemain termuda di ajang Piala Dunia FIFA 1998. Pada 1 Juni 2008, ia terlibat insiden dengan seorang wartawan, Philippe Bony, dalam sebuah jumpa pers. Ujung-ujungnya, ia minta maaf kepada wartawan itu seraya mengganti ongkos pengobatan rumah sakit.

Dalam menyelami relung bola, hati Eto`o jauh dari ekspresi makna bahasa yang diperlembut, disamarkan, dipelesetkan, atau diakronimkan. Bahasa hatinya jauh dari kesemuan dan kemenduaan. Ia ingin tampil berkomunikasi secara wajar meski menyerempet dengan ekspresi blak-blakan, tanpa hendak mencari kambing hitam.

Yang tersisa dari bahasa hati Eto`o, yakni tidak mereduksi sesama dalam hitung-hitungan ekonomi. Sesama bukanlah sekrup, bukan alat, bukan sarana yang diperalat untuk memberi keuntungan sebesar-besarnya. Ini karena laga bola tampil sebagai laga dari "passion". Laga bola adalah "pathos", pengorbanan dari keinginan diri.

Dan Eto`o, bersama Thierry Henry dari Barcelona, serta pemain belakang Benfica Marco Zoro kerapkali menjadi obyek penghinaan bernuansa rasis. Ini jelas bukan pathos dari sebuah laga bola. Etos bola adalah hati yang bening, dan nurani yang jernih.(*)

Oleh Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009