Lagos (ANTARA News/AFP) - Militan utama Nigeria MEND memberi perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di Delta Niger waktu 24 jam untuk mengungsikan staf mereka atau menghadapi serangan, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan Rabu.

"Perusahaan-perusahaan minyak di kawasan itu disarankan mengungsikan staf mereka dalam waktu 24 jam agar mereka tidak terperangkap dalam perang saudara yang sedang terjadi," kata Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND).

"Semua pejuang kebebasan di Delta Niger telah disiagakan untuk mempertahankan posisi mereka dan menimbulkan korban dalam jumlah besar terhadap industri minyak dan ekonomi Nigeria," kata MEND dalam pernyataan itu.

Kelompok itu mengatakan, militer Nigeria pada Rabu pagi melancarkan serangan terhadap dua kamp mereka di kawasan delta yang terletak di Nigeria selatan itu.

Dalam pertempuran yang terjadi kemudian, dua kapal militer ditenggelamkan "dan ada sejumlah korban di pihak militer", menurut pernyataan MEND itu.

Seorang jurubicara Satuan Tugas Gabungan, badan militer khusus di wilayah bergolak itu, mengkonfirmasi pertempuran Rabu antara pasukan dan militan namun membantah bahwa militer kehilangan sejumlah prajurit.

"Kami tahu ada pertempuran pagi ini, Mereka (militan) menyerang orang-orang kami. Kami harus mempertahankan diri kami. Hanya dua prajurit kami terluka dalam serangan tersebut. Tidak ada korban tewas di pihak kami," kata Kolonel Rabe Abubakar kepada AFP.

"Itu hanya propaganda mereka," tambahnya.

MEND bulan lalu telah memperingatkan bentrokan-bentrokan lebih lanjut dengan militer di Delta Niger, pusat industri minyak terbesar Afrika, setelah mereka menuduh ada serangan-serangan yang tidak diprovokasi terhadap kelompok pemuda di Negara Basgian Bayelsa.

Delta Niger, sebuah kawasan industri gas dan minyak terbesar Afrika, dilanda serangan-serangan bom terhadap pipa saluran minyak dan penculikan pekerja minyak.

Kelompok MEND mengakhiri gencatan senjata pada 31 Januari setelah serangan militer terhadap salah satu kamp mereka di Delta Niger, dan memperingatkan mengenai serangan besar-besaran terhadap industri minyak.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kali mengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militer Nigeria.

Kekerasan melanda negara Afrika tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini.

Keadaan tidak aman di Delta Niger, daerah penghasil minyak Nigeria, telah membuat produksi minyak Nigeria berkurang hingga seperlima sejak awal 2006.

Pada pertengahan Oktober, sejumlah orang bersenjata yang menggunakan perahu-perahu motor cepat menyerang kapal-kapal angkatan laut yang menjaga sejumlah terminal utama ekspor gas alam cair dan minyak mentah di Pulau Bonny.

Pasukan berhasil memukul mundur kelompok penyerang itu dan membunuh beberapa orang bersenjata setelah dua kapal cepat mereka ditenggelamkan, kata militer.

Keamanan di Delta Niger memburuk secara dramatis pada awal 2006 ketika militan, yang menyatakan berjuang untuk mencapai kendali lokal lebih besar atas kekayaan minyak di wilayah yang berpenduduk miskin itu, mulai meledakkan pipa-pipa minyak dan menculik pekerja asing.

Kelompok gerilya MEND pada 14 Januari mengancam akan mengakhiri gencatan senjata dengan menyerang militer setelah seorang pemimpin geng tewas dibunuh oleh pasukan sehari sebelumnya.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada 21 September tahun lalu setelah serangan-serangan sepekan terhadap fasilitas industri minyak setelah peluncuran "perang minyak" yang dimaksudkan untuk membalas serangan militer terhadap posisi-posisi mereka.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun lalu, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009