Warri, Nigeria (ANTARA News/Reuters) - Militan Nigeria menyatakan, Minggu, mereka telah meledakkan dua pipa minyak dan gas di Delta Niger untuk membalas serangan-serangan helikopter dan kapal meriam yang dilakukan militer yang kata kelompok hak asasi membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Militer mengatakan, pasukan terlibat dalam bentrokan lagi Minggu di Kunukunuma di Delta Niger ketika mereka berusaha menghalau pemberontak dari kamp-kamp mereka di kawasan sungai itu. Militer memperingatkan bahwa mereka akan terus melancarkan operasi tersebut sampai mereka berhasil.

Kelompok militan Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) mengaku telah menyabotase dua pipa minyak dan gas di dekat Escravos yang memasok kilang minyak Kaduna yang memproduksi 110.000 barel per hari di Nigeria utara, yang ditutup untuk perawatan pada November.

Belum ada konfirmasi independen segera mengenai klaim tersebut.

"Kami telah mulai menyerang lagi prasarana minyak. Dua pipa minyak dan gas besar yang belum lama ini diperbaiki telah diledakkan," kata MEND dalam pernyataan email yang dikirim kepada media.

Seorang kontraktor keamanan swasta mengatakan, juga ada laporan-laporan mengenai ledakan pada tengah malam di sebuah manipol (pipa dengan banyak lubang) yang dioperasikan unit lokal Royal Dutch

Shell di negara bagian Bayelsa yang berdekatan. Shell mengatakan, mereka masih menyelidiki hal itu dan belum bisa memberikan konfirmasi segera.

Kelompok-kelompok hak asasi setempat mengatakan, penggunaan helikopter dan kapal meriam oleh militer dalam beberapa hari terakhir telah mengakibatkan "pengungsian massal" penduduk desa dan mendesak pengendalian diri pasukan keamanan. Mereka meminta kedua pihak mengizinkan akses kemanusiaan bagi para pengungsi itu.

Sementara itu, bentrokan Minggu terjadi sebagai buntut dari serangan-serangan hekikopter dan kapal meriam Jumat terhadap kamp militan utama setelah pembajakan dua kapal minyak dan penculikan awaknya.

Militer menyatakan, dalam operasi tersebut mereka telah menyelamatkan sembilan orang Filipina dan empat orang Nigeria yang disandera dan menghancurkan kamp milik Government Tompolo, soerang pemimpin kelompok MEND.

Delta Niger, sebuah kawasan industri gas dan minyak terbesar Afrika, dilanda serangan-serangan bom terhadap pipa saluran minyak dan penculikan pekerja minyak.

Kelompok MEND mengakhiri gencatan senjata pada 31 Januari setelah serangan militer terhadap salah satu kamp mereka di Delta Niger, dan memperingatkan mengenai serangan besar-besaran terhadap industri minyak.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kali mengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militer Nigeria.

Kekerasan melanda negara Afrika tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini.

Keadaan tidak aman di Delta Niger, daerah penghasil minyak Nigeria, telah membuat produksi minyak Nigeria berkurang hingga seperlima sejak awal 2006.

Keamanan di Delta Niger memburuk secara dramatis pada awal 2006 ketika militan, yang menyatakan berjuang untuk mencapai kendali lokal lebih besar atas kekayaan minyak di wilayah yang berpenduduk miskin itu, mulai meledakkan pipa-pipa minyak dan menculik pekerja asing.

Kelompok gerilya MEND pada 14 Januari mengancam akan mengakhiri gencatan senjata dengan menyerang militer setelah seorang pemimpin geng tewas dibunuh oleh pasukan sehari sebelumnya.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada 21 September tahun lalu setelah serangan-serangan sepekan terhadap fasilitas industri minyak setelah peluncuran "perang minyak" yang dimaksudkan untuk membalas serangan militer terhadap posisi-posisi mereka.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun lalu, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009