Bandung (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mengidentifikasi sebanyak tujuh titik semburan baru di lokasi semburan lumpur Lapindo yang muncul dalam dua minggu terakhir ini.

"Ada tujuh titik semburan baru dalam radius satu kilometer dari titik semburan utama. Penyebabnya kemungkinan semakin kuatnya tekanan kolam lumpur di atasnya sehingga tekanan lumpur dari bawah mencari retakan lain," kata Juru Bicara Badan Pelaksana BPLS, Ahmad Zulkarnain di sela-sela Public Lecture Museum Geologi di Bandung, Senin.

Tujuh titik semburan baru itu, menurut dia  terdapat di Desa Pajarakan sebanyak satu titik, Kelurahan Mindi satu titik, Desa Jatirejo dua titik dan di Desa Siring sebanyak tiga titik semburan baru.

Dia melanjutkan, dengan demikian terdapat sebanyak 112 titik semburan di kawasan seburan lumpur Sidoarjo. Titik semburan sebagian berasal dari titik semburan yang sebelumnya tertutup dan lainnya titik lokasi semburan lumpur baru.

"Akibat tekanan yang cukup besar dari bawah permukaan tanah mencari celah di permukaan. Tekanan itu membuat gas naik ke permukaan," kata Zulkarnain.

Sementara itu Wakil Kepala BPLS, Hadi Prasetyo menyebutkan dibutuhkan waktu lama agar semburan itu berhenti dengan sendirinya. Saat ini rata-rata semburan lumpur mencapai 80 ribu hingga 90 ribu meter kubik per hari.

"Akibat semburan itu mengakibatkan gunung lumpur dan juga danau lumpur di sekitarnya. Masalahnya kapasitas mengalirkan lumpur ke kali porong tidak sebanding dengan semburan lumpur itu," kata Hardi.

Menurut Hardi, pengaliran lumpur hanya bisa dilakukan ke Kali Porong hanya bisa dilakukan pada musim penghujan.

Sementara itu Juru Bicara BPLS, Zulkarnain menyebutkan, pengaliran lumpur ke kali porong hanya sekitar 20 persen dari total lumpur yang keluar dari perut bumi Sidoarjo setiap harinya.

Untuk itu, BPLS merekomendasikan agar adanya optimalisasi penggunaan pompa penyedot lumpur di kawasan itu.

"Badan Geologi bisa mencari tahu penyebab munculnya semburan, muasal air hingga adanya patahan yang ada di bawah permukaan tanah," kata Wakil Ketua BPLS .(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009