Jakarta, 19/5 (ANTARA) - Dalam rangka pengurusan piutang negara dengan cara Paksa Badan, Ketua Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) tingkat Cabang (Ketua Cabang) harus mengajukan permohonan pelaksanaan paksa badan kepada Ketua PUPN pusat secara tertulis disertai alasan permohonan. Apabila disetujui, Ketua Cabang selanjutnya meminta izin Paksa Badan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kediaman terakhir objek paksa badan. Dalam jangka waktu paling lama 14 hari, Kepala Kejaksaan Tinggi memberikan tanggapan tertulis berupa pemberian atau penolakan izin. Bila diizinkan, Panitia Cabang dapat menerbitkan Surat Perintah Paksa Badan paling lama tiga hari kerja sejak izin diterima. Petunjuk Pelaksanaan Paksa Badan dalam Rangka Pengurusan Piutang Negara ini ditetapkan dalam Peraturan Bersama Menteri Keuangan, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Nomor: 53/PMK.06/2009, Nomor: KEP-030/A/JA/03/2009, Nomor: 4 Tahun 2009, dan Nomor M.HH-01.KU.03.0 yang berlaku mulai 25 Maret 2009.

Sementara itu, objek paksa badan yang telah melakukan pembayaran hutang lebih dari 50% dari sisa hutang, dapat mengajukan permohonan penangguhan pelaksanaan Paksa Badan kepada Panitia Cabang dengan dilampiri surat pernyataan kesanggupan untuk menyelesaikan sisa hutang dalam jangka waktu paling lama tiga bulan. Berdasarkan surat permohonan tersebut, Panitia Cabang dapat menangguhkan pelaksanaan Paksa Badan untuk jangka waktu paling lama tiga bulan. Selama masa tersebut, objek paksa badan harus melakukan wajib lapor dua kali setiap satu minggu kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Setelah masa penangguhan berakhir dan objek paksa badan tidak menyelesaikan sisa hutang, maka Paksa Badan dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Paksa Badan.

Paksa Badan adalah pengekangan kebebasan untuk sementara waktu terhadap objek paksa badan di tempat paksa badan. Sedangkan objek paksa badan adalah penanggung hutang, penjamin hutang, pemegang saham dan/atau ahli waris. Tempat paksa badan adalah tempat tertentu yang tertutup, mempunyai fasilitas terbatas, dan mempunyai sistem pengamanan serta pengawasan memadai, yang digunakan untuk pelaksanaan Paksa Badan.

Selanjutnya, pelaksanaan paksa badan dilakukan 14 hari sejak pemberitahuan Surat Perintah Paksa Badan kepada objek paksa badan. Akan tetapi, pelaksanaan dapat dilakukan 24 jam sejak pemberitahuan Surat Perintah Paksa Badan apabila terdapat perintah tertulis dari Kepala Kejaksaan Tinggi setempat kepada Ketua Cabang dengan alasan untuk kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Harry Z. Soeratin, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Departemen Keuangan

Pewarta:
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009