Jakarta (ANTARA News) - Penjualan dolar AS di kantor penukaran uang asing merosot hingga 50 persen per hari dalam beberapa minggu terakhir, kata Andi Firman salah seorang karyawan money changer La Tunrung di Jakarta Pusat, Jumat.

Menurut Andi, merosotnya penjualan dolar tersebut terjadi karena harga dolar yang tidak stabil dan cenderung terus turun, sehingga spekulan enggan untuk menjual kecuali terdesak.

"Kita tidak bisa sampaikan nilai merosotnya tersebut, yang pasti dibanding minggu-minggu sebelumnya nilai penjualan turun hingga 50 persen," kata dia.

Warga yang bersedia menjual dolar hanyalah orang yang akan membayar utang karena telah jatuh tempo, sehingga mau tidak mau mereka menjual dolar yang mereka miliki.

Menurut dia, selama tidak ada keperluan mendesak, warga lebih memilih menahan dolar hingga harga stabil.

Sementara untuk pembelian juga cenderung sepi, karena pihak money changer tidak memiliki stok dolar cukup banyak.

"Karena penjualan sepi, secara otomatis dolar yang kita juga juga sedikit," kata dia.

Hari ini dolar ditutup dengan harga Rp10.280 atau turun seratus poin dibanding hari Rabu (20/5) yang masih berkisar Rp10.340.

Hal yang sama disampaikan pengelola kantor penukaran uang asing Natrabu, Jalan Sabang Jakarta Pusat, Rusdiana.

Menurut dia dalam satu minggu terakhir, penukaran dolar dikantornya relatif stabil hanya berkisar 30 ribu-50 ribu dolar atau sekitar Rp500 juta per hari.

"Hal itu terjadi karena banyak masyrakat yang memilih menahan dolar menunggu sampai situasi politik stabil. " kata Rusdiana.

Kondisi tersebut diperkirakan juga dipengaruhi oleh mundurnya Gubernur BI Boediono pada 17 Mei lalu untuk menjadi calon wakil Presiden dari calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009