Jakarta (ANTARA News) - Sosok-sosok yang berdiri, menatap kejauhan, bergelantung, tertelungkup, duduk merenung di antara susunan bata yang menggambarkan kesendirian manusia di antara keramaian, tertuang dalam karya-karya keramik Nurdian Ichsan berjudul Nowhere Man di The Japan Foundation Jakarta.

"Temanya berkaitan dengan hal-hal tentang keberadaan kita sebagai manusia, misalnya tentang kesendirian," kata pria yang kerap dipanggil Sasan itu, Jumat.

Menurut Sasan, serial karyanya terinspirasi dari pengalamannya ketika ia berada di Jepang untuk mengikuti residensi selama dua setengah bulan di Institut Ceramic Studies.

Sasan tertarik dengan momen-momen di mana manusia berkumpul di suatu tempat namun masing-masing secara individual terpisah. Ia menemukan momen tersebut di ruang tunggu, stasiun kereta, atau jembatan penyeberangan.

"Mereka nggak saling kenal dan nggak saling tahu mau ke mana," kata Sasan.

Sasan juga terinspirasi oleh lirik lagu The Beatles yang berjudul Nowhere Man yang bercerita tentang manusia yang hidup tanpa tahu arah dan tujuan.

"Makanya figur-figur yang ada dalam karya itu kelihatan tanpa ekspresi, kosong, atau bengong," kata Sasan.

Dalam karya-karyanya yang dipamerkan, Sasan menggunakan susunan bata untuk mendukung patung-patung keramik. Menurutnya, bata juga merupakan material keramik atau tanah liat yang dibakar.

"Bata membuat kita peka terhadap skala jarak, skala ketinggian, dan tempat," kata pria lulusan ITB itu.

Hubungan antara manusia dan bata itulah yang dituangkan Sasan dalam karya-karyanya. Seluruh karyanya menampilkan posisi manusia yang bereaksi dengan dinding bata, seperti membelakangi dinding, tidur, tertelungkup, menggantung, dan bersandar.

Hubungan tersebut menghasilkan kesadaran manusia akan tempat, jauh dekat, besar kecil dalam memaknai keberadaan dirinya sendiri. Uniknya, pameran keramik yang menampilkan delapan karya Nurdian Ichsan itu terlihat lebih seperti seni patung ketimbang seni keramik.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009