Jakarta (ANTARA News) - Budayawan yang tergabung dalam Federasi Teater Indonesia dan Bale Sastra Kecapi meminta calon presiden (capres) serta para elite politik agar memperhatikan persoalan kebudayaan yang selama ini dikesampingkan dalam wacana politik.

Para budayawan mengundang ketiga calon presiden (capres) 2009-2014 dalam dialog kebudayaan bertema "Kebudayaan dan Presiden" di Gedung Kesenian Jakarta, Minggu.

"Acara tersebut menghadapkan capres dan cawapres dengan sejumlah seniman dan budayawan terkemuka, yang akan membahas seputar visi dan misi kebudayaan di masa depan," kata ketua penyelenggara, Radhar Panca Dahana.

Dialog ini diharapkan menjawab pertanyaan mengenai komitmen dan janji politik ketiga capres untuk menempatkan kebudayaan dalam proporsi wajar di sisi pembangunan material yang dominan.

Kebudayaan telah terangkum dalam Pembukaan UUD 1945 dan berhubungan erat dengan usaha penyelenggara negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kecerdasan, menurut Radhar, tidak hanya diukur oleh tingkat kuantitas saja. Misalnya jumlah sekolah, jumlah murid, jumlah produksi karya seni, film, lukisan, atau jumlah galeri-galeri seni.

Namun lebuh dari itu. Pendidikan sebagai dasar utama usaha mencerdaskan kehidupan bangsa tentu tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan yang telah dicapai, tapi lebih kepada karya atau produk budaya yang dihasilkan dari pendidikan seseorang.

"Kami yakin para calon pemimpin tersebut tidak akan berlaku bodoh untuk mengesampingkan masalah kebudayaan," kata Radhar.

Khususnya untuk ketiga capres, menurut Radhar, tidak akan mengambil resiko mendapatkan cela dan cacat sejarah sebagai penerus kepemimpinan yang memiliki peradaban lebih dari dua milenium itu.

Capres Megawati-Prabowo memaparkan visi dan misinya pada sesi pertama. Dilanjutkan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto pada sesi kedua dan diakhri oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono pada sesi terakhir.

Pada sesi pertama capres Megawati-Prabowo banyak menyoroti masalah aset kebudayaan dan kemandirian bangsa.

Keduanya dihadapkan dengan empat budayawan sebagai panelis yaitu Radhar Panca Dahana, Budi Dharma, Sapardi Joko Damono, Thamrin Amal Tomagola serta Rocky Gerung sebagai moderator.

Rocky Gerung menutup sesi pertama dengan harapan agar kekuasaan dn kebudayaan dapat beriringan dalam membangun kepribadian bangsa Indonesia.

"Kebudayaan dan kekuasaan harus saling menginspirasikan sehingga para pemimpin dapat membangun Indonesia yang berbudaya," kata Rocky.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009